Kamis, 29 April 2010

lempengan tektonik

Berdasarkan arah pergerakannya, perbatasan antara lempeng tektonik yang satu dengan lainnya (plate boundaries) terbagi dalam 3 jenis, yaitu divergen, konvergen, dan transform. Selain itu ada jenis lain yang cukup kompleks namun jarang, yaitu pertemuan simpang tiga (triple junction) dimana tiga lempeng kerak bertemu.
1. Batas Divergen
Terjadi pada dua lempeng tektonik yang bergerak saling memberai (break apart). Ketika sebuah lempeng tektonik pecah, lapisan litosfer menipis dan terbelah, membentuk batas divergen.
Pada lempeng samudra, proses ini menyebabkan pemekaran dasar laut (seafloor spreading). Sedangkan pada lempeng benua, proses ini menyebabkan terbentuknya lembah retakan (rift valley) akibat adanya celah antara kedua lempeng yang saling menjauh tersebut.
Pematang Tengah-Atlantik (Mid-Atlantic Ridge) adalah salah satu contoh divergensi yang paling terkenal, membujur dari utara ke selatan di sepanjang Samudra Atlantik, membatasi Benua Eropa dan Afrika dengan Benua Amerika.
2. Batas Konvergen
Terjadi apabila dua lempeng tektonik tertelan (consumed) ke arah kerak bumi, yang mengakibatkan keduanya bergerak saling menumpu satu sama lain (one slip beneath another).
Wilayah dimana suatu lempeng samudra terdorong ke bawah lempeng benua atau lempeng samudra lain disebut dengan zona tunjaman (subduction zones). Di zona tunjaman inilah sering terjadi gempa. Pematang gunung-api (volcanic ridges) dan parit samudra (oceanic trenches) juga terbentuk di wilayah ini.
3. Batas Transform
Terjadi bila dua lempeng tektonik bergerak saling menggelangsar (slide each other), yaitu bergerak sejajar namun berlawanan arah. Keduanya tidak saling memberai maupun saling menumpu. Batas transform ini juga dikenal sebagai sesar ubahan-bentuk (transform fault).
*Gambar-gambar diambil dari The Dynamic Earth, USGS.

Batas transform umumnya berada di dasar laut, namun ada juga yang berada di daratan, salah satunya adalah Sesar San Andreas (San Andreas Fault) di California, USA. Sesar ini merupakan pertemuan antara Lempeng Amerika Utara yang bergerak ke arah tenggara, dengan Lempeng Pasifik yang bergerak ke arah barat laut.
Sumber: The Dynamic Earth, USGS
Batas Konvergen
Batas konvergen ada 3 macam, yaitu 1) antara lempeng benua dengan lempeng samudra, 2) antara dua lempeng samudra, dan 3) antara dua lempeng benua.
Konvergen lempeng benua—samudra (Oceanic—Continental)

Ketika suatu lempeng samudra menunjam ke bawah lempeng benua, lempeng ini masuk ke lapisan astenosfer yang suhunya lebih tinggi, kemudian meleleh. Pada lapisan litosfer tepat di atasnya, terbentuklah deretan gunung berapi (volcanic mountain range). Sementara di dasar laut tepat di bagian terjadi penunjaman, terbentuklah parit samudra (oceanic trench).
Pegunungan Andes di Amerika Selatan adalah salah satu pegunungan yang terbentuk dari proses ini. Pegunungan ini terbentuk dari konvergensi antara Lempeng Nazka dan Lempeng Amerika Selatan.
Konvergen lempeng samudra—samudra (Oceanic—Oceanic)
Salah satu lempeng samudra menunjam ke bawah lempeng samudra lainnya, menyebabkan terbentuknya parit di dasar laut, dan deretan gunung berapi yang pararel terhadap parit tersebut, juga di dasar laut. Puncak sebagian gunung berapi ini ada yang timbul sampai ke permukaan, membentuk gugusan pulau vulkanik (volcanic island chain).
Pulau Aleutian di Alaska adalah salah satu contoh pulau vulkanik dari proses ini. Pulau ini terbentuk dari konvergensi antara Lempeng Pasifik dan Lempeng Amerika Utara.
Konvergen lempeng benua—benua (Continental—Continental)

Salah satu lempeng benua menunjam ke bawah lempeng benua lainnya. Karena keduanya adalah lempeng benua, materialnya tidak terlalu padat dan tidak cukup berat untuk tenggelam masuk ke astenosfer dan meleleh. Wilayah di bagian yang bertumbukan mengeras dan menebal, membentuk deretan pegunungan non vulkanik (mountain range).
Pegunungan Himalaya dan Plato Tibet adalah salah satu contoh pegunungan yang terbentuk dari proses ini. Pegunungan ini terbentuk dari konvergensi antara Lempeng India dan Lempeng Eurasia.
*Gambar-gambar diambil dari MSN Encarta Encyclopedia.
Bagaimana Dengan Indonesia?
Negeri kita tercinta berada di dekat batas lempeng tektonik Eurasia dan Indo-Australia. Jenis batas antara kedua lempeng ini adalah konvergen. Lempeng Indo-Australia adalah lempeng yang menunjam ke bawah lempeng Eurasia. Selain itu di bagian timur, bertemu 3 lempeng tektonik sekaligus, yaitu lempeng Philipina, Pasifik, dan Indo-Australia.

Peta Tektonik dan Gunung Berapi di Indonesia. Garis biru melambangkan batas antar lempeng tektonik, dan segitiga merah melambangkan kumpulan gunung berapi.
Sumber: MSN Encarta Encyclopedia
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, subduksi antara dua lempeng menyebabkan terbentuknya deretan gunung berapi dan parit samudra. Demikian pula subduksi antara Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Eurasia menyebabkan terbentuknya deretan gunung berapi yang tak lain adalah Bukit Barisan di Pulau Sumatra dan deretan gunung berapi di sepanjang Pulau Jawa, Bali dan Lombok, serta parit samudra yang tak lain adalah Parit Jawa (Sunda).
Lempeng tektonik terus bergerak. Suatu saat gerakannya mengalami gesekan atau benturan yang cukup keras. Bila ini terjadi, timbullah gempa dan tsunami, dan meningkatnya kenaikan magma ke permukaan. Jadi, tidak heran bila terjadi gempa yang bersumber dari dasar Samudra Hindia, yang seringkali diikuti dengan tsunami, aktivitas gunung berapi di sepanjang pulau Sumatra dan Jawa juga turut meningkat.

TUGAS PEM\BUATAN PETA

ACARA PRAKTEK – 02

1. Jenis Kegiatan Praktek : Praktek Membuat Peta
2. Alokasi Waktu : 1 X Tatap Muka (50 Menit)
3. Tujuan : Memberikan ketrampilan memetakan obyek geografi melalui kegiatan pembuatan peta wilayah
4. Bahan&Alat : Alat peraga peta; kertas gambar, pensil, penghapus, penggaris.
5. Instruksi :
Lakukan latihan praktek membuat peta menggunakan layout peta yang benar dan menampilkan semua komponen peta, terdiri dari
1. judul peta
2. skala peta (skala numerik dan skala grafis)
3. orientasi/arah utara peta
4. legenda
5. sumber peta
6. garis tepi peta
7. koordinat peta
8. nama pembuat peta








T

P



T




















Keterangan:
Judul Peta : Peta Penggunaan Lahan Desa Morodemak Kec. Bonang Kabupaten Demak
Skala Peta : 1 : 20.000
Sumber Peta: 1. Peta Rupabumi Skala 1 : 50.000 Sheet 48/XXXIX-A Tahun 1944
2. Peta Rupabumi Skala 1 : 50.000 Sheet 48/XXXIX-C Tahun 1944
T = penggunaan lahan tegalan; S = sawah; P = Permukiman
Kenampakan garis : jalan, sungai, dan batas administrasi Desa


ACARA PRAKTEK – 03

1. Jenis Kegiatan Praktek : Praktek Membaca Peta
2. Alokasi Waktu : 1 X Tatap Muka (50 Menit)
3. Tujuan : Memberikan ketrampilan dalam hal membaca peta, meliputi kegiatan menentukan skala, jarak, arah, dan lokasi
4. Bahan&Alat : Alat peraga peta, penggaris, busur derajad, dan kertas gambar
5. Instruksi :
Lakukan latihan dan praktek membaca peta dari Peta Topografi, melalui kegiatan:
 Rubahlah skala angka peta tersebut dengan bentuk skala garis
 Hitunglah panjang sungai atau panjang jalan pada peta saudara
 Hitunglah luas suatu wilayah pada peta saudara
 Tentukan arah suatu desa terhadap fenomena lain ...................(misal Gunung)



ACARA PRAKTEK - 04
1. Jenis Kegiatan Praktek : Praktek Interpretasi Peta
2. Alokasi Waktu : 1 X Tatap Muka (50 Menit)
3. Tujuan : Memberikan ketrampilan dalam hal melakukan interpretasi peta, meliputi menentukan skala peta, jarak, arah, dan lokasi
4. Bahan&Alat : Alat peraga peta, penggaris, dan kertas kerja
5. Instruksi :
Lakukan latihan dan praktek membaca dan menafsir peta menggunakan Peta, melalui kegiatan
 Menentukan lokasi suatu desa pada peta (sebut namanya ....), letak geografis dan letak administratif
 Praktek interpretasi: lakukan analisis pola jalan yang ada
 Bagaimana pola permukiman pada peta tersebut? Jelaskan dan kaitkan dengan fenomena lain seperti jalan, perbukitan, lahan pertanian, dan lain-lain
 Lakukan interpretasi prediksi prospek pengembangan wilayah dan tata ruang yang sesuai pada wilayah tersebut.






LAKUKAN KEGIATAN MEMBACA DAN MENAFSIR PETA
MENGGUNAKAN LEMBAR PANDUAN ACARA PRAKTEK-03 dan 04

































SKALA PETA 1 : 25.000

LEGENDA:

Permukiman
Sawah
Tegalan
Tanah kosong
Bangunan
Jalan
Sungai/saluran irigasi






















T

P



T


































Keterangan:
Judul Peta : Peta Penggunaan Lahan Desa Morodemak Kec. Bonang Kabupaten Demak
Skala Peta : 1 : 20.000
Sumber Peta: 1. Peta Rupabumi Skala 1 : 50.000 Sheet 48/XXXIX-A Tahun 1944
2. Peta Rupabumi Skala 1 : 50.000 Sheet 48/XXXIX-C Tahun 1944
T = penggunaan lahan tegalan; S = sawah; P = Permukiman
Kenampakan garis : jalan, sungai, dan batas administrasi Desa

What's S I G ??

A. Pengertian SIG
Pernahkah Anda sebelumnya mendengar atau membaca istilah SIG? Sebagai awal pemahaman beberapa orang pakar telah mencoba memberikan definisi mengenai SIG ini. Tetapi bila disimak, definisi tersebut satu sama lain saling melengkapi dan memiliki pengertian yang hampir sama.
Berikut ini, beberapa definisi SIG menurut para ahli:
1. Menurut Aronaff, 1989.
SIG adalah sistem informasi yang didasarkan pada kerja komputer yang memasukkan, mengelola, memanipulasi dan menganalisa data serta memberi uraian.
2. Menurut Barrough, 1986.
SIG merupakan alat yang bermanfaat untuk pengumpulan, penimbunan, pengambilan kembali data yang diinginkan dan penayangan data keruangan yang berasal dari kenyataan dunia.
3. Menurut Marble et al, 1983.
SIG merupakan sistem penanganan data keruangan.
4. Menurut Berry, 1988.
SIG merupakan sistem informasi, referensi internal, serta otomatisasi data keruangan.
5. Menurut Calkin dan Tomlison, 1984.
SIG merupakan sistem komputerisasi data yang penting.
6. Menurut Linden, 1987.
SIG adalah sistem untuk pengelolaan, penyimpanan, pemrosesan (manipulasi), analisis dan penayangan data secara spasial terkait dengan muka bumi.
7. Menurut Petrus Paryono.
SIG adalah sistem berbasis komputer yang digunakan untuk menyimpan, manipulasi dan menganalisis informasi geografi.
Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa:
SIG merupakan pengelolaan data geografis yang didasarkan pada kerja komputer (mesin).

1 Berdasarkan uraian materi yang telah Anda baca, definisi SIG menurut Aronaf (1989), yaitu....
Setelah Anda memahami pengertian SIG, silahkan Anda lanjutkan dengan mempelajari materi selanjutnya.

natural disaste

Earthquake
I'm sure we all have perfectly known what the earthquake is. Yes... when we feel the ground shakes that makes us feel swaying hither and thither, that's the time of earthquake.
Recently, our beloved country has suffered many earthquakes, in Aceh, Yogyakarta, Pangandaran, and even Jakarta the capital city wasn't escaped from the earthquake. Some of these earthquake were followed by tsunami, the others were not. Why this could happen?
Earthquake Distribution
Based on its causes, earthquake can be divided into two, tectonic erathquake and volcanic earthquake.
1. Tectonic Earthquake
Gesekan pada permukaan bergerigi dapat menimbulkan friksi.
Tectonic Earthquakes is caused by sudden slip of tectonic plates along geological fault. As explained before, tectonic plates in our earth keep shifting each other. Ones were forcing, another were Gempa tektonik adalah gempa yang disebabkan oleh pergeseran lempeng tektonik. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, bahwa lempeng tektonik bumi kita ini terus bergerak. Ada yang saling mendorong, saling menjauh, atau saling menggelangsar. Karena tepian lempeng tektonik ini tidak rata, jika bergesekan maka timbullah friksi. Friksi inilah yang kemudian melepaskan energi goncangan.
2. Gempa Vulkanik
Gempa vulkanik terjadi akibat meningkatnya aktivitas gunung berapi, yang disebabkan oleh naiknya magma dari bawah gunung tersebut ke permukaan. Cairan magma ini mendesak batuan-batuan di atasnya, sehingga menyebabkan goncangan dan apabila tekanannya cukup besar berpotensi menimbulkan letusan.
Sebenarnya mekanisme kedua gempa ini sama. Naiknya magma ke permukaan juga dipicu oleh pergeseran lempeng tektonik pada sesar bumi. Biasanya ini terjadi pada batas lempeng tektonik yang bersifat konvergen (saling mendesak). Hanya saja pada gempa vulkanik, efek goncangan lebih ditimbulkan karena desakan magma, sedangkan pada gempa tektonik, efek goncangan langsung ditimbulkan oleh benturan kedua lempeng tektonik. Bila lempeng tektonik yang terlibat adalah lempeng benua dengan lempeng samudra, sesarnya berada di dasar laut, karena itu biasanya benturan yang terjadi berpotensi menimbulkan tsunami.
Anatomi Gempa (Anatomy of an Earthquake)
Ilmu yang mempelajari tentang gempa disebut dengan seismologi. Ilmu ini mengkaji tentang apa yang terjadi pada permukaan bumi di saat gempa, bagaimana energi goncangan merambat dari dalam perut bumi ke permukaan, dan bagaimana energi ini dapat menimbulkan kerusakan, serta proses penunjaman antar lempeng pada sesar bumi yang menyebabkan terjadinya gempa.
Hiposenter dan Episenter (Focus and Epicenter)
Titik dalam perut bumi yang merupakan sumber gempa dinamakan hiposenter atau fokus. Proyeksi tegak lurus hiposenter ini ke permukaan bumi dinamakan episenter. Gelombang gempa merambat dari hiposenter ke patahan sesar fault rupture. Bila kedalaman fokus dari permukaan adalah 0 - 70 km, terjadilah gempa dangkal (shallow earthquake), sedangkan bila kedalamannya antara 70 - 700 km, terjadilah gempa dalam (deep earthquake). Gempa dangkal menimbulkan efek goncangan yang lebih dahsyat dibanding gempa dalam. Ini karena letak fokus lebih dekat ke permukaan, dimana batu-batuan bersifat lebih keras sehingga melepaskan lebih besar regangan (strain).
Sesar Bumi (Earth Fault)
Sesar (fault) adalah celah pada kerak bumi yang berada di perbatasan antara dua lempeng tektonik. Gempa sangat dipengaruhi oleh pergerakan batuan dan lempeng pada sesar ini. Bila batuan yang menumpu merosot ke bawah akibat batuan penumpu di kedua sisinya bergerak saling menjauh, sesarnya dinamakan sesar normal (normal fault). Bila batuan yang menumpu terangkat ke atas akibat batuan penumpu di kedua sisinya bergerak saling mendorong, sesarnya dinamakan sesar terbalik (reverse fault). Bila kedua batuan pada sesar bergerak saling menggelangsar, sesarnya dinamakan sesar geseran-jurus (strike-slip fault).
Sesar normal dan sesar terbalik, keduanya menghasilkan perpindahan vertikal (vertical displacement), sedangkan sesar geseran-jurus menghasilkan perpindahan horizontal (horizontal displacement).
Gelombang Seismik (Seismic Wave)
Gerakan batuan yang tiba-tiba di sepanjang celah pada sesar bumi menimbulkan getaran (vibration) yang mentransmisikan energi dalam bentuk gelombang (wave). Gelombang yang merambat di sela-sela bebatuan di bawah permukaan bumi disebut dengan gelombang badan (body wave). Sedangkan gelombang yang merambat dari episenter ke sepanjang permukaan bumi disebut dengan gelombang permukaan (surface wave).
1. Gelombang Badan (Body Wave)
Ada 2 macam gelombang badan, yaitu gelombang primer atau gelombang P (primary wave) dan gelombang sekunder atau gelombang S (secondary wave).
Gelombang P atau gelombang mampatan (compression wave), adalah gelombang longitudinal yang arah gerakannya sejajar dengan arah perambatan gelombang. Ini merupakan gelombang seismik tercepat yang merambat di sela-sela bebatuan dengan kecepatan 6-7 km per/detik.
Gelombang S atau gelombang rincih (shear wave), adalah gelombang transversal yang arah gerakannya tegak lurus dengan arah perambatan gelombang. Gelombang seismik ini merambat di sela-sela bebatuan dengan kecepatan sekitar 3,5 km/detik.
Baik gelombang P maupun gelombang S dapat membantu ahli seismologi untuk mencari letak hiposenter dan episenter gempa. Saat kedua gelombang ini berjalan di dalam dan permukaan bumi, keduanya mengalami pemantulan (reflection) dan pembiasan (refraction) atau membelok, persis seperti sebuah cahaya yang seolah membelok saat menembus kaca bening. Para ahli seismologi memeriksa pembelokan ini untuk menentukan darimana suatu gempa berasal.
2. Gelombang Permukaan (Surface Wave)
Ada 2 macam gelombang permukaan, yaitu gelombang rayleigh, diambil dari nama fisikawan Inggris Lord Rayleigh; dan gelombang love, diambil dari nama geofisikawan Inggris A.E.H. Love.
Gelombang Rayleigh menimbulkan efek gerakan tanah yang sirkular. Hasilnya tanah bergerak naik turun seperti ombak di laut. Sedangkan gelombang love menimbulkan efek gerakan tanah yang horizontal, dan tidak menghasilkan perpindahan vertikal.
Kecepatan merambat kedua gelombang permukaan ini selalu lebih kecil daripada kecepatan gelombang P, dan umumnya lebih lambat daripada gelombang S.
Mengukur Gempa (Measuring Earthquakes)
Mengukur kekuatan gempa dapat menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Maka berdasarkan pendekatannya, skala pengukuran gempa dapat dibagi menjadi dua, yaitu 1) magnitudo (magnitude) yang merupakan skala kuantitatif, dan 2) intensitas (intensity) yang merupakan skala kualitatif.
1. Magnitudo
Magnitudo gempa mengukur gempa berdasarkan energi yang dilepaskan dari sumber gempa. Ada bermacam-macam jenis magnitudo gempa, diantaranya adalah:
1. Magnitudo lokal ML (local magnitude)
2. Magnitudo gelombang badan MB (body-wave magnitude)
3. Magnitudo gelombang permukaan MS (surface-wave magnitude)
4. Magnitudo momen MW (moment magnitude)
5. Magnitudo gabungan M (unified magnitude)
Namun yang paling populer adalah magnitudo lokal ML yang tak lain adalah Magnitudo Skala Richter (SR). Magnitudo ini dikembangkan pertama kali pada tahun 1935 oleh seorang seismologis Amerika, Charles F. Richter, untuk mengukur kekuatan gempa di California. Richter mengukur magnitudo gempa berdasarkan nilai amplitudo maksimum gerakan tanah (gelombang) pada jarak 100 km dari episenter gempa. Besarnya gelombang ini tercatat pada seismograf. Seismograf dapat mendeteksi gerakan tanah mulai dari 0,00001 mm (1x10-5 mm) hingga 1 m. Untuk menyederhanakan rentang angka yang terlalu besar dalam skala ini, Richter menggunakan bilangan logaritma berbasis 10. Ini berarti setiap kenaikan 1 angka pada skala Richter menunjukkan amplitudo 10 kali lebih besar.
Magnitudo 5 SR sudah termasuk besar, magnitudo 6 SR mengakibatkan kerusakan yang sangat parah. Meskipun nilai dalam SR tidak memiliki batas maksimum, para ahli seismologi menyatakan bahwa lempeng bumi ini tidak memiliki cukup simpanan energi untuk menghasilkan magnitudo gempa sebesar 10 SR. Diperkirakan bahwa magnitudo sebesar 12 SR akan melepasakan energi yang cukup untuk membuat bumi kita ini terbelah dua! Wow.... dahsyat ya..!!!
2. Intensitas
Dulu, sebelum manusia mampu mengukur magnitudo gempa, besarnya gempa hanya dinyatakan berdasarkan efek yang diberikan terhadap manusia, alam, struktur bangunan buatan manusia, dan reaksi hewan. Besarnya gempa yang ditentukan melalui observasi semacam ini dinamakan dengan intensitas gempa. Skala intensitas pertama kali diperkenalkan pada tahun 1883 oleh seorang seismologis Italia M.S. Rossi dan ilmuwan Swiss F. A. Forel yang dikenal dengan skala Rossi-Forel. Skala ini kemudian dikembangkan lagi pada tahun 1902 oleh seorang seismologis Itali Giuseppe Mercalli. Lalu pada tahun 1931, seismologis Amerika, H. O. Wood dan Frank Neuman mengadaptasi standar yang telah ditetapkan Mercalli untuk kondisi di California, dan menghasilan skala Modified Mercalli Intensity (MMI).
Beberapa skala intensitas gempa yang lain adalah:
1. Japan Meteorological Agency (JMA), ditemukan tahun 1951, hingga kini digunakan untuk mengukur kekuatan gempa di Jepang.
2. Medvedev, Sponheuer, Karnik (MSK), ditemukan tahun 1960-an.
3. European Microseismic Scale (EMS), ditemukan tahun 1990-an.
Karena sifatnya yang kualitatif, skala intensitas sangat subjektif dan sangat tergantung pada kondisi lokasi dimana gempa terjadi. Gempa dengan magnitudo yang sama, namun terjadi di dua tempat yang berbeda mungkin akan memberikan nilai intensitas yang berbeda. Namun demikian antara skala magnitudo dan skala intensitas dapat dibuat kesetaraannya, seperti contoh perbandingan skala Richter dan MMI di bawah ini.
Skala MMI

Skala Richter
I.
Tidak terasa.
II.
Sangat sedikit yang merasakan.
III.
Cukup banyak yang merasa, namun tidak menyadari sebagai gempa.
IV.
Di dalam ruang terasa, seperti ada truk yang menabrak gedung.
V.
Terasa oleh hampir setiap orang, yang tidur terjaga, pohon berayun, tiang bergoyang.
VI.
Dirasakan oleh semua, orang² berlarian ke luar, perabotan bergerak, kerusakan ringan terjadi.
VII.
Semua orang lari keluar, bangunan² berstruktur lemah rusak, kerusakan ringan terjadi dimana-mana.
VIII.
Bangunan² berstruktur terencana rusak, sebagian runtuh.
IX.
Seluruh gedung mengalami kerusakan cukup parah, banyak yg bergeser dari pondasinya, tanah mengalami keretakan.
X.
Sebagian besar struktur bangunan rusak parah, tanah mengalami keretakan besar.
XI.
Hampir seluruh struktur bangunan runtuh, jembatan patah, retak pada tanah sangat lebar.
XII.
Kerusakan total. Gelombang terlihat jelas di tanah, objek² berhamburan.

2.5
Secara umum tidak terasa, tapi tercatat pada seismograf.
3.5
Dirasakan oleh banyak orang.
4.5
Kerusakan lokal dapat terjadi.
6.0
Menimbulkan kerusakan hebat.
7.5
Gempa berkekuatan besar.
8.0 ke atas

Gempa yg sangat dahsyat.
Gempa Bersejarah (Historical Earthquakes)
Untuk gempa berkekuatan besar, saat ini para ilmuwan lebih sering menggunakan magnitudo momen Mw sebagai revisi terhadap magnitudo Richter. Magnitudo momen dikembangkan pada tahun 1979 oleh seismologis Amerika, Tom Hanks dan Hiroo Kanamori. Berbeda dengan magnitudo Richter yang hanya memperhitungkan amplitudo lokal, magnitudo momen menghitung kekuatan gempa berdasarkan momen seismik (seismic moment). Momen seismik menghitung jumlah energi yang dilepaskan oleh gempa dengan memperhitungkan perpindahan yang terjadi dalam slip di sepanjang sesar, dan luas permukaan sesar yang mengalami slip. Magnitudo momen tidak cocok digunakan untuk gempa berskala kecil, karena perpindahan dalam slip relatif kecil atau kurang signifikan.
Menurut data dari USGS, magnitudo momen gempa di Aceh (26 Des '04) adalah 9,0; sedang di Jogja (27 Mei '06) 6,3; dan Pangandaran (17 Jul '06) 7,7. Hingga saat ini gempa terbesar yang tercatat sepanjang sejarah dunia adalah 9,5 magnitudo momen, yaitu gempa di Chili yang terjadi pada tanggal 22 Mei 1960. Gempa ini juga menimbulkan tsunami dan aktivitas gunung berapi. Kalau dilihat pada peta bumi, wilayah negeri Chili memang seluruhnya adalah pantai. Dan posisinya tepat berada di perbatasan antara lempeng tektonik Naska dan Amerika Selatan. Kedua lempeng ini pun bersifat konvergen, dimana lempeng samudra Naska adalah yang menunjam ke bawah lempeng benua Amerika Selatan. Sehingga, menjorok sedikit dari pantai, di sepanjang wilayah Chili ini juga terdapat deretan gunung berapi. Nah, bisa dibayangkan kan, bagaimana dahsyatnya efek gempa saat itu? Bahkan tsunaminya mencapai pantai Jepang 22 jam setelah gempa terjadi.

IMPLIKASI ETIKA DALAM KEBIJAKAN

ARTIKEL
IMPLIKASI ETIKA DALAM KEBIJAKAN
PEMBANGUNAN KAWASAN
In principle the ultimate goal of
regional development is achieving the
excellence in both the instrumental and the
intrinsic values of the region as a
landsystem. In order to avoid any risk of
harmful impact on its natural as well as on
i t s human resourc e s , regional
development must be designed on the
concept of ethics.
A s e t h i c s d e f i n e s t h e
acceptability or the disagreeability of
behavioral traits of people, ethics is the
most significant moral instrument in
attaining intelligent development policy.
Ethics are applied to widely recognized
professions such as medicine, law,
education, or practitioners of agriculture,
although in many instances not explicitly
stated. Ethic in regional asset matters, like
the long recognized “land ethic” of
farmers, values the care of their land in
respect for the security of resources for
future generations.
Ethics assure the conservation
and the sustainable use of whatever
resources are involved in the development
of a region. There are different normative
definitions of ethic. In a social and
environmental context, ethics connotes the
preservation of integrity, stability, and
beauty of the biotic community. In land
ethic the role of people implies respect for
fellow-individuals and the community as a
whole. It includes the enhancement of
health and wealth, and maintaining
integrity and stability of the natural system
with which it interacts.
In the Indonesian situation,
regional development is working mainly
within the scope of small family
enterprises, whether it is farming,
handicraft, trade, or manufacture. In such
a condition, an ethical policy aptitude is
even more required calling for strong
commitments in planning, incorporating
the following issues : (1) to give priority to
self-producing instead of importing, (2)
establish production technologies which
will be readily adopted by operators of
small enterprises,(3) not disturbing the
ecosystem of the region, (4) diversification
of products to augment income, and (5)
secure entitlement of choice of products for
consumers.
Kawasan dalam tulisan ini adalah istilah yang digunakan untuk memaknai secara
umum suatu tembereng hamparan dataran bumi. Membangun kawasan pada
asasnya bertujuan menciptakan atau meningkatkan dayaguna kawasan secara
berkelanjutan. Menciptakan dayaguna diadakan di kawasan alami yang belum
pernah didayagunakan; contoh, mengembangkan danau alami untuk usaha
perikanan niagawi ( ). Meningkatkan dayaguna dijalankan
dikawasan yang sudah didayagunakan namun dinilai belum mencukupi untuk
memenuhi kebutuhan atau keinginan masyarakat; contoh, memperbaiki prasarana
kawasan permukiman.
Konsep pendayagunaan kawasan selalu berpijak pada tiga cerapan
(perception) dasar, yaitu (1) kawasan merupakan perwujudan sumberdaya dan
kimah ( ), (2) prospek jangka panjang ke masa depan, dan (3) keterlanjutan
manfaat. Cerapan pertama mengkonotasikan makna lahan dan dengan demikian
mengimplikasikan bahwa pengaturan penggunaan kawasan harus menuruti agihan
( ) harkat lahan berupa kemampuan dan kesesuaiannya. Cerapan kedua
memberikan kepada perencanaan
pembangunan kawasan suatu gagasan kebijakan strategis yang holistik berciri
terpadu, antisipatif, adaptif, lentur, dan optimisasi. Cerapan ketiga memberikan
isyarat kepentingan pendampingan secara sinergistik upaya produksi dengan
upaya konservasi yang menjadi hakikat keterlanjutan. Upaya produksi mengarah
kepada penjaminan memperoleh keuntungan dari harkat instrumental kawasan.
Upaya konservasi mengarah kepada penjaminan memperoleh keselamatan dan
keamanan penghidupan dari harkat hakiki ( ) kawasan. Harkat
instrumental adalah penilaian atas dasar kegunaan asli atau buatan bagi kebutuhan
manusia langsung; contoh, keadaan tanah untuk pertanian. Harkat hakiki adalah
penilaian menurut apa adanya sendiri, lepas dari kegunaan langsung bagi manusia;
contoh, pemandangan bentanglahan ( ).
Tujuan pembangunan kawasan bermacam-macam, bergantung pada
kepentingan para pemangku kepentingan ( ) dan kebijakan strategis
ketataprajaan ( ). Tujuan masing-masing menggunakan kriteria harkat
diaknostik sendiri-sendiri. Tujuan pembangunan secara garis besar dapat
dijabarkan menjadi empat aspek: (1) ketermukiman ( ) kawasan bagi
pemapanan masyarakat manusia secara layak, (2) produktivitas barang, bahan dan
atau jasa bagi memenuhi kebutuhan manusia, (3) kapasitas menghasilkan
pendapatan ( ) bagi semua penduduk kawasan
bersangkutan, dan (4) keadaan biofisik, sosial, budaya, demografi, dan ekonomi
yang membuka peluang bagi penerapan pranata ( ) pemanfaatan kawasan
bersangkutan dengan wawasan konservasi dan pemerataan.
Kefahaman tentang kebijakan pembangunan kawasan dan keterampilan
menerapkan pirantinya perlu sekali dikuasai oleh para birokrat dengan dukungan
teknisi yang mengurusi secara mahir tataguna lahan atau yang berkaitan dengan
legalitas hakgunausaha lahan. Agar wawasan konservasi habitat usaha,
produktivitas sistem usaha, dan pemerataan prospek usaha dapat diwujudkan,
penanganan tataguna dan hakgunausaha lahan perlu berlangsung terpadu dengan
parameter harkat ganda. Pemahaman kebijakan pembangunan dan kemahiran
penerapan pirantinya memerlukan suatu nalar yang dapat menilai sesuatu itu baik
atau buruk, benar atau salah. Untuk mengembangkan nalar seperti ini diperlukan
pegangan etika yang merupakan sistem asas-asas moral.
commercial fishery
asset
distribution
intrinsic
landscape
stakeholders
governance
habitability
income producing capacity
institution
Tejoyuwono Notohadikusumo *
11
PENDAHULUAN
*
Prof. Dr. Ir. KPH Tejoyuwono Notohadikusumo, Guru Besar Emiritus Ilmu Tanah Universitas Gadjah Mada dan Guru Besar Ilmu Tanah Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta.
FORUM PERENCANAAN PEMBANGUNAN - Edisi Khusus, Januari 2005
ARTIKEL
12
Lahan adalah jabaran operasional kawasan.
Lahan ( ) ialah hamparan darat yang merupakan suatu
keterpaduan sejumlah sumberdaya alam dan budaya.
Lahan mengandung sejumlah ekosistem dan sekaligus
juga menjadi bagian dari ekosistem-ekosistem yang
dikandungnya. Oleh karena itu lahan disebut suatu
sumberdaya paripurna ( ). Lahan merupakan
konsep holistik, dinamik, dan geografi tulen. Konsepnya
bersifat holistik karena berpangkal pada kebulatan fungsi
dan struktur. Konsepnya bersifat dinamik karena nasabah
( ) fungsional dan struktural antar anasir
lahan dapat berganti karena tempat dan waktu. Lahan
merupakan konsep geografi tulen karena lahan
merupakan suatu tembereng sistem terestrik.
Dengan ditampilkan sebagai lahan, kawasan
dapat diwujudkan berupa tampakan parametrik,
sehingga dapat dianalisis secara kuantitatif. Anasir lahan
terdiri atas yang abiotik, biotik, dan antropogen. Yang
abiotik ialah tanah, atmosfer, timbulan ( ), air beserta
gejala hidrologi, dan litosfer beserta gejala geologi,
termasuk vulkanisme. Anasir biotik mencakup biosfer
berupa flora dan fauna alami. Kehidupan hayati dalam
tanah, yaitu bakteri, fungi, ganggang, cacing, rayap,
rodensia kecil, dll. yang bersebutan edafon, biasanya
dicakup dalam anasir tanah. Vegetasi yang sengaja
ditanam orang, seperti pertanaman pertanian dan hutan
produksi, dicakup dalam anasir antropogen.
Lahan dapat diperikan ( ) sebagai suatu
sistem yang maujud ( ) oleh topangan berbagai reaksi
antarmuka ( ) di kalangan gejala-gejala muka
daratan yaitu atmosfer, biosfer, hidrosfer, litosfer,
pedosfer, dan antroposfer. Sehubungan dengan
kehidupan manusia, lahan adalah fakta yang berpengaruh
sangat penting atas penggunaan kawasan oleh manusia
pada waktu kini dan pada waktu mendatang. Dengan kata
lain, lahan adalah keseluruhan lingkungan hidup yang
menyediakan peluang bagi manusia menjalani
kehidupannya.
Masyarakat dapat dipilah-pilahkan menurut
cerapan masing-masing mengenai lahan. Cerapan itu
terbentuk oleh naluri dan adat kebiasaan dalam
perikehidupan masing-masing. Dalam citra petani, lahan
adalah kehidupan; dalam citra penduduk kota, lahan
adalah ruang atau tempat; dalam citra penambang, lahan
adalah sumber bahan galian; dalam citra pengusaha dan
pakar ekonomi, lahan adalah barang ekonomi atau
kimah; untuk anak, lahan adalah lapangan bermain.
Cerapan yang berbeda-beda ini perlu selalu diperhatikan
dalam alokasi lahan agar pembangunan kawasan dapat
memberikan maslahat yang berkeadilan ( )
kepada semua pemangku kepentingan yang tersangkut.
Berbagai konsep lahan, struktur sistemik lahan,
dan cerapan lahan perlu dijadikan unsur-unsur rumusan
etika bagi perancangan kebijakan pembangunan
kawasan. Merancang pembangunan kawasan adalah
mengatur kesinambungan reaksi-reaksi antarmuka di
kalangan anasir-anasir lahan. Reaksi tersebut ada yang
land
overall
relationship
relief
described
exist
interface
equitable
LAHAN bersifat mendaur, pertukaran, dan alihrupa
( ) bahan dan energi. Dalam kejadiankejadian
itu tanah ( ) berperan sangat menentukan,
yang boleh dikatakan menjadi pelaku dasar bagi
kemaujudan dan perilaku lahan.
Atmosfer bersalingtindak ( ) dengan
anasir-anasir lain dari lahan melalui laku iklim; biosfer
melalui laku flora dan fauna; hidrosfer melalui laku
sistem air daratan; pedosfer melalui laku tanah; litosfer di
satu sisi melalui laku geologi dan mineralogi, sedang di
sisi lain dengan laku morfologi muka daratan;
antroposfer dengan dua laku, yaitu manusia sebagai
makhluk hidup sebagaimana makhluk-makhluk lainnya
dan orang sebagai pengelola sumberdaya. Tampakan
yang termasuk anasir antropogen ialah segala karya
budaya atau hasil kegiatan manusia sejak dulu sampai
sekarang. Yang termasuk anasir lahan hanyalah
tampakan antropogen yang bersifat tetap dan
berpengaruh murad ( ) atas penggunaan lahan
seterusnya.
transformation
soil
interact
significant
Tidak terbantahkan bahwa kebutuhan dasar manusia bagi
kehidupannya ialah pangan dan air. Kegiatan apa pun
yang direncanakan di suatu kawasan, yang melibatkan
manusia sebagai pengelola atau pekerja, tidak akan
berhasil apabila ketersediaan pangan dan air tidak
diperhatikan. Maka pengharkatan lahan pertama-tama
ditujukan kepada kemampuan lahan menghasilkan bahan
pangan dan kemampuannya memasok air. Menurut
ukuran dunia, terutama dalam hal masyarakat sedang
berkembang, bahan pangan utama berasal dari bahan
nabati. Pakan ternak berupa hijauan juga berasal dari
bahan nabati. Maka pertanian yang menjadi penghasil
pokok bahan nabati menjadi pengusahaan lahan utama.
Boleh dikatakan bahwa lahan pertanaman ( )
merupakan sumberdaya strategik, tidak kalah penting
daripada cadangan minyak atau tentera nasional
(Gardner, 1996).
Pasokan ( ) air tidak saja diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan rumahtangga, akan tetapi juga
sangat penting untuk pertanian (pengairan), peternakan
(air minum), dan penjalan proses mesin dan pabrik.
Sumber primer air di bumi ialah curahan ( ).
Kecuali di daerah-daerah beriklim kering, yang untuk
berbagai penggunaan air hujan langsung dipanen
(ditampung dan disimpan), menurut praktek
konvensional air hujan sebelum digunakan dibiarkan
mengalihrupa lebih dulu menjadi sumber air sekunder
berupa lengas tanah (air yang tersimpan dalam lapisan
perakaran tanah) dan air tanah, atau menjadi sumber air
tersier berupa air sungai. Peran tanah sangat murad dalam
mengubah curahan menjadi lengas tanah. Tanah ikut
berperan bersama dengan litosfer dalam mengubah
curahan menjadi air tanah dan air sungai. Lengas tanah
memenuhi langsung kebutuhan air tumbuhan, berarti
tanah sebagai habitat tumbuhan berfungsi rangkap
sebagai pemasok hara dan sebagai pemasok air.
cropland
supply
precipitation
KETERHUNIAN LAHAN
FORUM PERENCANAAN PEMBANGUNAN - Edisi Khusus, Januari 2005
ARTIKEL
13
Semua bentuk pembangunan kawasan
memerlukan tinjauan tanah dan air. Contoh, mendirikan
bangunan memerlukan perhitungan mekanika tanah.
Membangun taman untuk perindang permukiman atau
untuk rehabilitasi lahan kritis atau membangun lapangan
olahraga berumput memerlukan analisis kesuburan tanah
dan ketersediaan air untuk tumbuhan. Tanah dan air
merupakan dua kategori diagnostik utama bagi sanitasi
lingkungan. Kepentingan fungsi tanah dan air bagi
kehidupan manusia jauh melampaui ( ) sekadar
bagi pertanian dan rumahtangga. Maka dari itu evaluasi
kemampuan sumberdaya tanah dan sumberdaya air harus
mendahului penetapan semua kriteria alokasi peruntukan
lahan yang lain.
Pengurutan prioritas evaluasi unsur penyusun
lahan merupakan sikap kebijakan tataguna lahan.
Pengikutan alur kebijakan ini menjadi etika dalam setiap
pembangunan kawasan. Etika ini akan menjamin
keterhunian kawasan dalam arti kata : (1) memberikan
kelayakan bertempat tinggal, (2) ketersediaan
lingkungan hidup yang sehat, (3) menikmati hak
perolehan ( ) pangan dan air rumahtangga, dan
(4) menyediakan kemudahan beroleh lapangan kerja dan
pendapatan yang mencukupi.
bypass
entitlement
TANAH DAN AIR DALAM KONTEKS LAHAN
Tanah bertindak selaku penghubung antaranasir dalam
sistem atmosfer hidrosfer biosfer antroposfer. Dengan
atmosfer, tanah melangsungkan daur energi dan bahan.
Daur energi bermula dari pancaran energi matahari yang
mengenai tanah, yang kemudian sebagian dikembalikan
oleh tanah ke atmosfer lewat pemantulan cahaya dan
emisi pancaran bahang ( ). Daur bahan berupa air
hujan dari atmosfer yang jatuh ke tanah dan kemudian
sebagian dikembalikan oleh tanah ke atmosfer secara
langsung lewat evaporasi dan secara tidak langsung
lewat transpirasi dengan perantaraan vegetasi. Zat-zat
yang terlarut atau yang tersuspensi dalam air hujan
tertinggal dalam tanah, atau terlindi ( ) masuk ke
dalam air tanah, atau merembas ( ) ke dalam badan air
muka daratan (sungai, danau). Daur energi dan bahan
semacam ini juga berlangsung antara atmosfer dan
hidrosfer, yang transpirasi dikerjakan oleh tumbuhan
hidrofita.
Tanah selaku ekosistem melakukan pertukaran
gas dengan atmosfer. Oksigen masuk ke dalam tanah
untuk memenuhi kebutuhan respirasi edafon (makhlukmakhluk
hidup penghuni tanah) dan akar. Oksigen masuk
kembali ke atmosfer lewat proses fotosintesis. CO
masuk ke dalam ekosistem tanah bagi menjalankan
proses metabolik jasad foto-ototrof, yang kemudian
dilepaskan kembali ke atmosfer lewat perombakan bahan
organik metabolit secara oksidatif. Dalam hal
perombakan bahan organik berlangsung dalam suasana
reduktif, karbon dikembalikan ke atmosfer dalam bentuk
CH (gas metan). Setelah berada di dalam atmosfer
selama suatu masa panjang, CH akhirnya juga
teroksidasi menjadiCO . GasN yang masuk ke dalam
heat
leached
seep
2
4
4
2 2
tanah mengalami penambatan ( ) secara hayati oleh
jasad renik dan dijadikan berbagai senyawa nitrogen
organik. Penambatan N ada yang berlangsung oleh
bakteri secara bebas dengan proses taksimbiotik yang
juga dikenal dengan sebutan . Oleh bakteri
amonifikasi senyawa N organik diuraikan menjadi NH
(gas amoniak) atau ionNH (kation amonium). Senyawa
ini selanjutnya oleh nitrifikasi dioksidasi menjadi
berturut-turut nitrit (proses nitritasi) dan nitrat (proses
nitratasi). Dalam lingkungan reduktif, nitrat oleh bakteri
denitrifikasi direduksi menjadi gas N yang kembali ke
atmosfer. Pertukaran CO danO juga berlangsung antara
atmosfer dan biosfer berupa vegetasi lewat filosfer.
Antara tanah dan vegetasi berlangsung
pertukaran zat kimia. Vegetasi menyerap zat kimia,
khususnya unsur hara, dari tanah dan nantinya akan
dikembalikan ke tanah dalam bentuk bahan organik
berupa serasah dan jaringan tumbuhan mati. Oleh edafon
pengurai, unsur-unsur kimia dalam bahan organik
terbebaskan kembali di dalam tanah.
Antara tanah dan badan-badan air darat (lengas
tanah, air tanah, rawa, danau, sungai, dll.) berlangsung
pertukaran air beserta zat-zat yang terlarut atau
tersuspensi di dalam air. Di mintakat ( ) estuarin
(jalur pasang-surut) terjadi pertukaran antara tanah dan
laut, dan juga antara air darat dan air laut. Gambut adalah
sisa hasil pertukaran antara tanah vegetasi rawa.
Keadaan tanah, termasuk kesuburan dan
degradasinya, ditentukan oleh sifat nasabah antara tanah
dan anasir-anasir lahan yang lain, terutama air. Maka
dalam tataguna tanah, apa pun tujuannya, asas pokoknya
ialah perbaikan, pembenahan, atau pengaturan nasabah
tersebut. Tindakan itu bertujuan di satu pihak
memperkuat ketahanan tanah menghadapi usikan anasir
lahan yang bersifat merugikan atau membahayakan dan
di pihak lain meningkatkan daya tanggap tanah terhadap
pengaruh anasir lahan yang lain yang mendatangkan
kebaikan. Contoh, penterasan tanah berlereng
memperkuat ketahanan tanah menghadapi usikan erosi
karena hujan; penggemburan tanah meningkatkan daya
tanggap tanah terhadap tindakan penyuburan dengan
pupuk.
Degradasi tanah yang terjadi karena dampak
langsung atas tanah ialah yang berkenaan dengan
pengolahan tanah berlebihan sehingga merusak struktur
dan konsistensi tanah, pemampatan tanah karena
penggunaan alat dan mesin berat pertanian atau untuk
pekerjaan konstruksi, pemupukan bertakaran tinggi atau
tidak berimbang yang mengacaukan kinerja sistem tanah,
pencemaran, dsb. Degradasi tanah dapat juga terjadi
karena dampak tidak langsung. Peristiwa itu terjadi
sebagai akibat adanya gangguan atau pemutusan nasabah
tanah dengan anasir lahan yang biasa bekerja selaku
rekan/pasangan fungsional dengan tanah. Contoh,
penghilangan vegetasi penutup sehingga tanah
kehilangan rekan pelindung terhadap benturan curah
hujan yang berdaya mengerosi tanah atau merusak
struktur tanah; pengatusan ( ) yang menurunkan
muka air tanah sehingga daya topang mekanik atas tubuh
fixed
azofication
zone
drainage
2
3
4
2
2 2
+
FORUM PERENCANAAN PEMBANGUNAN - Edisi Khusus, Januari 2005
ARTIKEL
14
keseluruhan parameter dengan konsep holisme dan
penghitungan hasil akhirnya menggunakan matriks
(Notohadiprawiro & Asmara, 1989). Penghitungan
secara penjumlahan atau perkalian terkesan obyektif,
sedang penghitungan dengan asas holisme terkesan
subyektif karena menggunakan dugaan pampasan
antarparameter. Namun demikian apabila harkat dugaan
pampasan dibuat berdasarkan pengalaman dan
pengetahuan yang mendalam, hasil hitungannya akan
lebih sejalan dengan fakta di lapangan.
Dalam hal pertanian, holisme memerlukan
pembuatan keputusan atas dasar harkat intrinsik dari
keseluruhan ekosistem daripada menurut penilaian
harkat tiap individu tumbuhan atau hewan sendiri-sendiri
(Hartel et. al., 1994).
tanah berkurang dengan akibat pengamblesan
( ) muka tanah yang akan mengubah morfologi
muka tanah.
Nasabah tanah dengan lereng dapat
mendatangkan risiko erosi. Memperbaiki nasabah
tersebut biasa dikerjakan dengan penterasan lereng.
Tindakan ini juga berguna memperbesar resapan air
infiltrasi dan perkolasi yang merupakan sistem
konservasi air berupa meningkatkan simpanan lengas
tanah ( ) dan air tanah ( ).
Banyak macam teknik yang dapat diterapkan
memadukan konservasi tanah dan konservasi air.
Konservasi air dengan meningkatkan simpanan lengas
tanah berguna pula mengonservasi produktivitas tanah.
Konservasi air dalam bentuk lengas tanah yang sekaligus
berguna untuk konservasi tanah menganut teknik dengan
asas terpadu. Dapat juga air dikonservasi dalam air tanah
yang kemudian dipompa untuk mengairi tanah. Dalam
hal ini konservasi tanah menggunakan asas subsidi
(menggunakan air yang didatangkan dari luar sistem
tanah). Asas terpadu umum digunakan dalam sistem
pertanaman tadah hujan. Air yang disimpan dalam lengas
tanah berasal dari curah hujan. Sumber air untuk asas
subsidi tidak hanya air tanah, akan tetapi juga air
permukaan, terutama dari sungai dan waduk.
Tanah dan air merupakan pasangan yang dapat
saling memampas ( ) kekurangan masingmasing.
Di kawasan beriklim basah, hujan yang
berkekerapan tinggi dapat membuat tanah-tanah yang
berdaya simpan air kecil menjadi tidak pernah
kekurangan air selama masa tumbuh pertanaman.
Kecukupan air dalam tanah sekaligus meningkatkan
aktivitas hidrolisis mineral tanah. Dengan demikian
intensitas pelapukan mineral tanah bertambah yang
membuat pasokan unsur hara meningkat. Jadi, air
merupakan faktor produktivitas tanah sangat penting.
Sebaliknya, kawasan beriklim kering tidak akan
dinilai kekurangan pasokan air untuk pertanian apabila
penilaian iklimnya dipasangkan dengan penilaian
tanahnya yang ternyata berdaya simpan air besar.
Meskipun iklimnya kering, cadangan air dalam tanah
semacam itu tidak akan terlalu cepat berkurang.
Pengharkatan lahan sebagaimana dicontohkan
tadi menunjukkan bahwa lahan tidak mungkin dinilai
atas dasar parameter satu demi satu dan kemudian
hasilnya dijumlah (cara aditif) atau dikalikan (cara
multiplikatif). Dengan cara hitung penjumlahan, kalau
ada faktor minimum tidak dapat ditunjukkan dalam
angka hasil penjumlahan karena angka-angka besar
menutupi angka-angka kecil. Padahal dalam kenyataan,
adanya satu faktor minimum saja dapat menyebabkan
lahan kehilangan kemampuannya. Pengaruh faktor
minimum dapat ditunjukkan dengan cara hitung
perkalian yang angka-angka kecil dapat menutupi angkaangka
besar. Kelemahan cara hitung perkalian ialah
hitungan akhir menjadi rumit karena melibatkan angkaangka
banyak.
Dengan faham lahan sebagai sistem seutuhnya,
sebaiknya penilaian diarahkan secara serentak kepada
subsidence
soil moisture ground water
compensate
Untuk membangun kawasan diperlukan perlakuan pokok
atas lahan yang dikenal dengan sebutan tataguna lahan.
Perlakuan ini bertujuan menciptakan atau memperbaiki
dayaguna kawasan yang maslahatnya dapat dirasakan
secara berkelanjutan. Menurut FAO (1977) tataguna
lahan ( ) adalah suatu proses yang terdiri
atas urutan rampat ( ) kegiatan dan
pengambilan keputusan berupa :
1. pengakuan akan kebutuhan perubahan;
2. penetapan tujuan;
3. perumusan usulan, termasuk mengenai bentukbentuk
silihan ( ) penggunaan lahan d a n
pengenalan akan persyaratan utama silih
masing-masing;
4. pengenalan dan penggarisbatasi berbagai ragam
lahan yang ada di kawasan bersangkutan;
5. pembandingan dan pengharkatan tiap ragam
lahan bagi penggunaan yang berbeda;
6. pemilihan penggunaan yang disukai untuk tiap
ragam lahan;
7. telaah kelayakan, yang dapat berupa rancangan
proyek atau analisis terinci atas perangkat silih- silih
terpilih bagi bagian-bagian khusus dari kawasan;
8. putusan pelaksanaan;
9. pelaksanaan;
10. pemantauan pekerjaan.
Kalau kita ikuti takrif Hornby et al. (1984)
tentang etika, yaitu sistem asas moral yang menjadi
kaidah perilaku, maka tataguna lahan merupakan etika
penggunaan lahan. Menilai sesuatu baik atau buruk,
benar atau salah, tergantung pada nilai-nilai yang orang
akui. Nilai-nilai tersebut yang secara bersama
memberikan kepada kita seperangkat asas moral,
menjadi landasan etika (Hartel, 1994).
Sumberdaya lahan berujud hamparan yang
ruang menjadi ungkapannya. Maka pengaturan
peruntukan sumberdaya lahan menggunakan konsep
keruangan. Perlu dicatat bahwa yang diatur
peruntukannya bukan lahan sebagai ruang, melainkan
lahan sebagai sumberdaya. Jadi, yang diatur peruntukan
land use planning
generalized
alternative
ETIKA DALAM PEMBANGUNAN KAWASAN
FORUM PERENCANAAN PEMBANGUNAN - Edisi Khusus, Januari 2005
ARTIKEL
15
bertanam lorong ( ), yang menurut cerapan
umumadalah tindakan-tindakan pokok konservasi lahan,
sebetulnya hanyalah teknik-teknik piranti (Foster, 1966).
Oleh karena asas konservasi lahan adalah
penerapan tataguna lahan, upaya konservasi tidak
mungkin dilaksanakan setempat-setempat oleh
pengguna lahan sendiri-sendiri. Konservasi lahan harus
dirancang pada aras ( ) regional dengan sistem lahan
sebagai satuan kerja. Sistem lahan ialah kawasan
bentanglahan ( ) yang setiap bagiannya
berkemiripan satu dengan yang lain dalam hal struktur
geologi dan pedologi, iklim, dan keterpaduan sejarah
geomorfologi. Dengan landasan tataguna lahan, upaya
menjaga dan membenahi fungsi lahan menjadi lebih
terjamin keberhasilannya dan lebih berpeluang
memberikan maslahat berkelanjutan.
alley cropping
level
landscape region
.
KELAYAKAN PENGGUNAAN LAHAN
lahan ialah kegunaaannya sebagai jabaran kualitas,
bukan luasannya sebagai jabaran kuantitas. Secara
ringkas tataguna lahan mengisyaratkan empat hal: (1)
kelangsungan salingtindak optimum antara intensitas
kegiatan penggunaan lahan dan kemampuan lahan; (2)
memaksimumkan maslahat penggunaan lahan dengan
jalan menempatkan jumlah maksimum penggunaan
lahan yang tak-deterioratif dan kompatibel; (3)
memberikan keuntungan kepada perorangan dan
masyarakat secara sebanding; dan (4) menjamin
keterlanjutan fungsi sumberdaya lahan bagi
kesejahteraan masyarakat.
Etika menjamin konservasi dan keberlanjutan
kegunaan sumberdaya apa pun yang terlibat dalam
pembangunan kawasan. Etika menakrifkan
keberterimaan ( ) atau ketidakcocokan
( ) ciri-ciri perilaku orang. Maka etika
adalah piranti moral paling murad bagi perumusan
kebijakan pembangunan yang cerdas.
Menurut keadaan di Indonesia, pembangunan
kawasan terutama menyangkut usaha keluarga skala
kecil, yang dapat berupa bertani, kerajinan, berdagang,
atau manufaktur. Di dalam keadaan seperti ini
memajukan kebijakan etika lebih lagi diperlukan bagi
tuntutan tanggungjanji ( ) teguh dalam
perencanaan yang berisi lontaran pandangan berikut: (1)
memberikan prioritas kepada usaha swaproduksi
daripada impor; (2) mengembangkan teknologi produksi
yang dapat mudah diadopsi oleh pelaku usaha kecil; (3)
tidak mengganggu ekosistem kawasan, berarti
memelihara keterpaduan dan kekukuhan sistem alami
tempat kegiatan tersebut bekerja; (4) penganekaragaman
hasilpanen atau hasil barang untuk meningkatkan
pendapatan; (5) memastikan hak perolehan pilih akan
hasilpanen atau hasilbarang bagi konsumen; dan (6)
pemajuan kesehatan dan kesejahteraan penduduk.
Dengan menerapkan tataguna lahan, setiap
bagian lahan digunakan dengan jaminan keamanan dari
bahaya kemunduran atau kerusakan biofisik. Ini berarti
bahwa tataguna lahan menjadi konsep dasar dalam
kebijakan konservasi sumberdaya lahan, atau menjadi
sistem pengelolaan risiko kemerosotan harkat lahan.
Ada berbagai takrif tentang konservasi lahan.
Salah satu yang dikutip di sini ialah bahwa konservasi
merujuk kepada pengarahan kegiatan manusia yang
melibatkan penggunaan dan pengelolaan sumberdaya
alami agar dapat dicapai maslahat berkelanjutan terbesar
bagi generasi manusia masa ki n i sambil
mempertahannkan potensi sumberdaya bersangkutan
memenuhi kebutuhan dan aspirasi generasi masa depan.
Jadi inti konservasi ialah mengelola sumberdaya alami
sedemikian rupa sehingga pilihan-pilihan
pemanfaatannya terpertahankan bagi generasi
masyarakat mendatang(Weber&Margheim, 2000).
Konservasi lahan pada asasnya ialah
melaksanakan tataguna lahan, menyingkiri penggunaan
lahan yang membahayakan kelangsungan fungsi lahan.
Upaya-upaya lain, misalnya penyengketan ( )
lereng, budidaya kontur, penanaman berjalur, dan
acceptability
disagreeability
commitment
terracing
Kelayakan penggunaan lahan ditentukan oleh dua faktor,
yaitu faktor lahan dan faktor penggunaan. Faktor lahan,
boleh juga disebut faktor dakhil ( ) atau faktor
tempat, merupakan daya lahan berkinerja selaku habitat
biofisik. Faktor penggunaan, boleh juga disebut faktor
luaran ( ), merupakan persyaratan biofisik lahan
yang diminta oleh pengguna lahan. Kelayakan
penggunaan lahan dapat digambarkan menurut taraf
imbangan daya biofisik lahan dengan permintaan
pengguna lahan akan keadaan biofisik lahan. Gambaran
perimbangan antara penawaran dan permintaan ciri mutu
lahan tersebut oleh Melitz (1986) disebut “supplydemand-
sufficiency model”. Berdasarkan acuan ( )
tersebut, tingkat kelayakan penggunaan lahan dapat
berubah-ubah menuruti perubahan macam dan/atau
intensitas penggunaan lahan.
Tataguna lahan mengatur kelayakan
penggunaan lahan pada aras makro. Teknik konservasi
lahan menjaga kelayakan penggunaan lahan pada aras
mikro atau aras satuan kerja terkecil (dalam hal pertanian
ialah aras usaha tani). Tampakan biofisik lahan yang
merupakan fator dakhil dalam menetukan prospek
kelayakan penggunaan lahan tersusun atas sejumlah sifat
dan perilaku komponen lahan, yaitu tanah, hidrologi,
bentuk muka lahan, vegetasi, dan iklim. Sifat dan
perilaku tanah mencakup a.l. jeluk ( ), warna
(berkaitan dengan pertukaran dan pengantaran energi),
tekstur, struktur, konsistensi, gerakan udara dan air dalam
tubuh tanah, dan keadaan kimiawi yang menguntungkan
dan yang membahayakan bagi kehidupan (kadar dan
imbangan unsur, kemasaman, alkalinitas, dan potensi
peracunan). Sifat dan perilaku hidrologi mencakup a.l.
jeluk air tanah dan koncahannya ( ), kelas
pengatusan lahan (lahan basah atau lahan kering),
potensial redoks (imbangan suasana reduksi: oksidasi),
dan keadaan kimiawi yang membahayakan (kemasaman,
alkalinitas, dan peracunan). Sifat dan perilaku tapak
( ) mencakup a.l. kedudukan topografi (lahan atasan
atau bawahan, perbukitan, cekungan, atau dataran),
kelerengan (kemiringan dan kiblat), kerentanan terhadap
erosi air atau angin, longsor, dan/atau banjir.
internal
external
model
depth
fluctuation
site
FORUM PERENCANAAN PEMBANGUNAN - Edisi Khusus, Januari 2005
ARTIKEL
16
Tidak ada negara, baik kaya maupun miskin,
yang tidak terkena degradasi tanah. Sepertiga tanah
pertanian dunia, berarti secara kasaran seluas dua milyar
hektar, dilaporkan sudah terkena degradasi. Kerusakan
84% luas tanah pertanian yang terdegradasi disebabkan
karena erosi air dan angin, sedang selebihnya disebabkan
karena degradasi fisik dan kimia yang lain. Beberapa
bentuk degradasi tanah disebabkan oleh industrialisasi
dan urbanisasi. Akan tetapi kebanyakan kerusakan
disebabkan karena pengelolaan lahan yang tidak benar di
semua sistem usahatani, baik yang masih bertaraf
subsisten maupun yang sudah bertataran tinggi berupa
usahatani bermekanisasi (Hurni, 2000).
Pengamatan terhadap kerusakan karena prosesproses
degradasi tanah menunjukkan bahwa degradasi
tanah tidak membedakan negara atau benua.
Perbedaannya terletak pada kemampuan masing-masing
dalam merumuskan kebijakan menangani degradasi
tanah. Masalah ini justru merupakan kelemahan utama di
negara-negara miskin. Persoalan degradasi tanah adalah
persoalan tataguna dan konservasi lahan yang
merupakan ungkapan kebijakan pengaturan pemanfaatan
lahan. Oleh karena itu paradigma alih teknologi yang
biasa diajukan menuruti konsep negara kaya jelas tidak
dapat berjalan. Maka dilema penerapan kebijakan
ditemukan paling akut di negara-negara miskin. Ruparupanya
negara kaya berpotensi jauh lebih besar dalam
menangani persoalan degradasi tanah, terutama pada aras
kebijakan (Hurni, 2000). Kebijakan tidak dapat dialihkan
dari satu negara ke negara lain, bahkan dari satu kawasan
ke kawasan lain, karena kebijakan itu merupakan
cerminan kehidupan sosial, ekonomi, dan budaya
setempat, termasuk panutan tradisi, kebiasaan, dan
kepercayaan. Ini berarti bahwa tataguna lahan perlu
dirumuskan dengan dua kerangka konteks yang saling
terpadukan, yaitu kerangka konteks biofisik
(sumberdaya alami) dan kerangka sosial-budayaekonomi
(sumberdaya manusia). Dengan tataguna lahan
yang berkhususan tapak ( ) dan berkhususan
masyarakat ( ), penggunaan lahan menjadi
ternilai kelayakannya.
site-specific
people-specific
FAO (1977). . ILRI
Publication 22.Wageningen, The Netherlands.
viii +87 h.
Foster, A.B. (1964).
. The Interstate Printer &
Publishers, Inc.Danville, Illinois. xviii + 384 h.
Gardner, G. (1996). “Shrinking Fields: Cropland Loss In
A World Of Eight Billion”. Worldwatch Paper
131. 56 h.
Hartel, P.G. 1964. “Overview”. Dalam: P.G. Hartel, K.P.
George, & J. Vorst (eds.),
. ASA Special
Publications Number 57. h 1-10.
Hartel, P.G., K.P. George, & J. Vorst (eds.). (1994).
“Agricultural Ethics: Issues for the 21st
Century”. Glossary. ASA Special Publications
Number 57. h 63-68.
Horuby, A.S., A.P. Cowie, & A.G. Gimson. (1984).
“Oxford Advanced Learner's Dictionary of
Current English”. Oxford University Press. xli +
1037 h.
Hurni, H. (2000). “Soil Conservation Policies And
Sustainable Land Management: A Global
Overview”. Dalam: T.L. Napier, S.M. Napier,&
J. Tvrdou (eds.),
. CRC Press. London. h
19-20.
Melitz, P.J. (1986).
Soil survey and land evaluation
6(1):9-19.
Notohadiprawiro, T., & A.A. Asmara. (1989). ”A
Geographical Model Of Soil Nutrient Regimes”.
(J. van der Heide,ed.). Institute for Soil Fertility,
The Netherlands, and Universitas Brawijaya. h
63-71.
Weber, T.A., & G.A. Margheim (2000). “Conservation
policy in the United States: is there a better
way?” Dalam: T.L. Napier, S.M. Napier, & J.
Tvrdon (eds.),
. CRC Press. London. h
51-61.
A Framework For Land Evaluation
Approved Practices In Soil
Conservation
Agricultural Ethics:
Issues for the 21 Century
Soil and Water Conservation
Policies and Programs
The Sufficiency Concept In Land
Evaluation.
Proceedings Nutrient Management for Food
Crop Production in Tropical Farming Systems
Soil and Water Concervation
Policies and Programs
st
DAFTAR PUSTAKA
FORUM PERENCANAAN PEMBANGUNAN - Edisi Khusus, Januari 2005

gps-migrosort word

BUAT YANG MAU TAHU LEBIH DARI GPS
Sat, 05/05/2007 - 11:44
SISTEM GPS
1. Satelit GPS mengelilingi bumi 2x sehari
2. Satelit ini mentransmisikan signal ke bumi
3. Signal tsb digunakan untuk menghitung posisi
4. GPS membedakan waktu yang ditransmisikan untuk menghitung posisi
5. Waktu tsb dihitung sebagai jarak dari beberapa Satelit GPS untuk hitung posisi di bumi & permukaannya, termasuk exosphere
DASAR KERJA GPS
1. GPS harus memiliki setidaknya 3 satelit utk hitung posisi 2D & pergerakannya.
2. Dengan 4 satellites, GPS kita dapat menghitung posisi 3D position (latitude, longitude & ketinggian).
3. Dengan informasi posisi, GPS dapat menghitung data lain spt :kecepatan, arah, lintasan, jarak tempuh, jarak ke tujuan, matahari terbit &terbenam dll
BERAPA AKURAT GPS ITU
1. GPS umumnya memiliki 12 chanel secara parallel
2. Faktur atmosfir dapat mengurangi ketepatan
3. GPS untuk penerbangan dapat mencapai ketepatan s/d +/- 15 meters.
4. WAAS (Wide Area Augmentation System) dapat menekan ketepatan ke +/- 3 - 8 meters.
5. Tidak ada alat khusus atau biaya extra untuk mendapatkan signal WAAS, selama Negara t ersebut memasang WAAS ground / koresi satelit.Sedang Differential GPS (DGPS) dapat menekan error s/d +/- 3-5 meter.
6. DGPS terdiri dari alat yang menerima signal dan mentransmisikan ulang untuk mengoreksi posisi, alat ini dipakai utk penerbangan, di Halim Airport ada 2 unit DGPS untuk meningkatkan ketepatan. Untuk koreksi ini GPS kita harus memiliki differential beacon receiver and antenna to their GPS, seperti pada GPS295 dimana kita dapat menyetel frequensi dari beacon tersebut.
REFERENSI PETA
1. Secara umum referensi peta khususnya penerbangan yang digunakan ialah WGS 84
2. WGS 84 adalah referensi tetap yang digunakan termasuk pemodelan bumi yang terdiri ari data primer & sekunder
3. Data primer ialah bentuk lonjong dari bumi, kecepatan putar melingkar serta masa bumi yang termasuk dalam referensi elips Sedangkan data sekunder ialah data model gravitasi bumi.
4. Seluruh data navigasi (udara) distandardkan dengan WGS 84 standard untuk memenuhi persyaratan RNAV (Radio Navigasi) untuk memenuhi global referensi.
GPS Satellite
1. GPS satellite pertama diluncurkan tahun 1978.
2. 24 satelit di capai pada tahun 1994, sekarang telah lebih dari 30 GPS satelit berorbit diatas bumi kita.
3. Usia dari Satellite rata rata 10 thn, setelah itu ada pergantian /perawatan rutin.
4. berat Satelit sekitar +/- 2,000 pounds (hamper 1 ton)
5. Lebar antenna solar panelnya +/- 17 feet / 5 meter.
6. Power Transmisinya 7. Posisi orbit sekitar +/- 12,000 miles diatas permukaan bumi.
7. Kecepatan jelajahnya 7,000 mph.
8. GPS Satelit menggunakan tenaga SOLAR. Tapi disediakan Backup baterai untuk menghindari Gerhana Matahari Total
9. Tenaga yang digunakan untuk menjaga orbitnya ialah beberapa roket kecil
GPS SIGNAL
1. Signal GPS ada 2 signal L1 & L2
2. L1 bekerja pada frequency 1575 MHz pada gelombang UHF band.
3. bergerak langsung lurus (line of sight) menembus awan, kaca & plastik.
4. Yang menghambat transmisinya ialah Objek padat spt: gedung, pohon,gunung, dll.
GPS SIGNAL ADA 3 INFORMASI:
1. Pseudorandom code(I.D. code) : ialah informasi yang dikirimkan ke unit penerima bahwa unit kita menerima signal seperti pada halaman satilit ditunjukan dengan diagram batang BAR.
2. Ephemeris data : ialah data kekuatan signal serta informasi waktu
3. Almanac data: ialah info tentang dimana lokasi Satelit sebenarnya yang menunjukan posisi satelit pada halaman GPS Satellite status.
SUMBER KESALAHAN
1. Keterlambatan dari pantulan Ionosphere & troposphere : terjadi penurunan ketepatan akibat dari keterlambatan waktu saat signal saat menembus lapisan ini, namun GPS dapat mengkoreksi dengan mengasumsikan factor kesalahan rata rata.
2. Eror dari Pantulan signal: hal ini terjadi jika signal GPS berpantulmelalui objek spt bangunan atau gunung sebelum dia diterima unit kita.
3. Kesalahan Waktu dari unit kita: Ketepatan waktu / jam dari unit kita tidak setepat jam Atom di GPS satelit (GPS memakai Atomic Clock). Untuk itu ada sedikit error waktu.
4. Orbital errors - dikenal sebagai ephemeris errors, hal ini terjadi jika ada pergeseran dari orbit / laporan dari satelit untuk posisinya.
5. Jumlah satelit yang diterima: Tambah banyak signal yang diterima tambah tinggi ketepatannya,
6. Banugnan, gunung, gangguan elektronik, bahkan pohon rindang dapat mengurangi ketepatan.
7. Posisi relative dari Satelit / gangguan sisi miring: hal ini terjadi jika posisi satelit terletak pada sudut yang sangat lebar atau sangat dekatatau hamper berhimpitan satu sama lain sehingga perhitungan ketepatan berkurang.
8. Penurunan degradasi yang diatur oleh departemen pertahanan Amerika /SA (selective availability): hal ini dilakukan untuk menghindari militer menggunakan ketepatan dalam hal khusus, dan militer bahkan menggunakan /mengatur orbit yang terfokus pada area tertentu seperti apda perangteluk, SA ini telah di hapuskan, karena pihak sipil khususnya penerbangan sipil mengajukan keberatan akhirnya pada May2000, pemerintah menghapuskan SA ini agar penerbangan sipil memiliki ketepatan yang lebih baik.
OPERASIONAL & PERAWATAN GPS
1. Umumnya GPSD ada berbagai macam kegunaan, mulai dari handheld, GPS genggam,Penerbangan, kelautan, serta geologi yang memiliki keakuratan cukup tinggi.
2. Pada umumnya semua GPS memiliki fungsi seperti computer, karena ada input, proses dan output, bahkan beberapa prosesor menggunakan Intel sebagai otak / fungsi hitungnya.
3. Saat GPS ditemukan, Aquiringnya (menangkap satelit signal) membutuhkan waktu yang cukup lama, atau GPS baru yang sudah berpindah tempat jauh dan sudah sangat lama tidak dinyalakan membutuhkan waktu sampai puluhan menit, umumnya 10 s/d 15 menit untuk produk baru, sedang untuk yang sudah dinyalakan bias ditekan disekitar 2 s/d 3 menit, tergantung jenisnya, dan tekniknya, biasanya memberikan autolocate membutuhkan waktu yang lebih lama dari pada didefinisikan posisinya, atau di recycle matikan dan nyalakan lagi. Kadang dengan menggerakan posisi untuk mencapai posisi antenna yang optimal dapat mempercepat proses. Ada yang menyulitkan jika di dalam mobil menggunakan kaca film yang menggunakan UV protective yang tinggi.
Perawatan / trouble shooting
Kenapa kadang GPS suka mati sendiri: Hal ini dapat terjadi 2 kemungkinan, software atau hardware; dalam software biasanya ada bugs atau komando yang tidak sesuai dengan yang direncanakan, sedangkan untuk hardware biasanya battery connector jika menyimpan baterai pada suatu kurun yang lama sehingga terjadi pengembunan aatu penguapan yang dapat menyebabkan korosi (bad Contact) atau jika spring / per pada baterai kurang kuat akan
mematikan GPS saat terkena guncangan, dan jika sering terjadi maka instant power ON
& OFF akan memperpendek usia GPS. PERINGATAN: JANGAN LUPA LEPAS BATTEREI JIKA TIDAK DIGUNAKAN DLM PERIODE YANG LAMA.
Operasional
Setelah menyalakan GPS aspek utilisasi lainnya tergantung pemakai, dari operasional GPS yang sangat optimal dapat dirasakan pada bidang penerbangan karena selain fungsi lateral ada fungsi vertical. Dimana fungsi vertical yang digunakan antara lain untuk menentukan kapan pesawat harus menurunkan ketinggian dengan rate of descent yang tidak menyakitkan kuping
misalnya dibawah 500ft/min.

DATABASE / PROGRAM GPS
Database GPS ada berbagai jenis Baseline program / memory : program ini ditulis pada software yang berupa perhitungan, yang sistemnya dibuat permanent (non user editable),
kecuali dengan program khusus. Extended Program / memory: untuk extended Program biasanya seperti hardisk yang dipartisi dimana pada partisi asli hanya ROM (Read Only Memory)
sedang pada partisi lainnya RW (Read Write), untuk GarminII / GPS12 / yang lebih lama tidak ada fungsi externalnya yang besar, sehingga hanya dialokasikan untuk waypoint & Track saja, sedang untuk yang lebih besar seperti GPS SPIII / 295 terdapat external program dan external memorycard untuk peta. PERINGATAN: Jangan lupa membackup data anda, karena saat internal battery weak maka RAM (memory) bisa hilang.
Sumber : http://geodesi.info/?pilihan=headlines&menu=lihat&hid=10
• 2758 reads

PEDOSFER

PEDOSFER
Penulis : Drs. Soleh Suhendar
Penyunting Materi : Drs. Eko Triraharjo, M.Pd.
Penyunting Media : Drs. Waldopo, M.Pd.
Mata Pelajaran : Geografi
K e l a s : X (Sepuluh)
Nomor Modul : Geo.X.07
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
Kegiatan Belajar 1: FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUK TANAH..................... 5
Petunjuk .......................................................................... 5
Uraian Materi .................................................................. 5
A. Pengertian Tanah dan Lahan..................................... 5
B. Faktor-faktor Pembentuk Tanah................................. 6
TUGAS 1 ......................................................................... 11
Kegiatan Belajar 2: JENIS-JENIS TANAH DI INDONESIA ............................ 13
Petunjuk .......................................................................... 13
Uraian Materi .................................................................. 13
1. Organosol atau Tanah Gambut atau
Tanah Organik ........................................................... 13
TUGAS 2 ......................................................................... 18
Kegiatan Belajar 3: PENYEBAB TERJADINYA KERUSAKAN TANAH
DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEHIDUPAN ............. 19
Petunjuk .......................................................................... 19
Uraian Materi .................................................................. 19
1. Penyebab Kerusakan Tanah...................................... 19
2. Dampak Kerusakan Tanah terhadap Kehidupan ...... 20
TUGAS 3 ......................................................................... 24
Kegiatan Belajar 4: PENYEBAB TERJADINYA KERUSAKAN TANAH
DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEHIDUPAN ............. 25
Petunjuk .......................................................................... 25
Uraian Materi .................................................................. 25
Jenis-jenis Erosi oleh Air ............................................... 25
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Erosi ........................ 26
Metode Pengawetan Tanah............................................. 29
TUGAS 4 ......................................................................... 32
PENUTUP ........................................................................................................ 33
KUNCI TUGAS ................................................................................................ 36
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 37
PENDAHULUAN
Selamat bagi Anda yang telah berhasil menyelesaikan modul tentang “Hidrosfer”.
Sekarang Anda mempelajari materi modul yang membahas tentang “Pedosfer” atau
tanah.
Setelah mempelajari modul ini, Anda diharapkan dapat menjelaskan perbedaan lahan
dengan tanah, faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembentukan tanah, jenisjenis
tanah di Indonesia, dan usaha-usaha mengurangi erosi tanah.
Pengetahuan ini sangat berguna bagi kehidupan Anda dan masyarakat pengguna
lahan, bahwa tanah subur ini merupakan anugrah Allah yang harus dijaga dan
dilestarikan kesuburannya, agar memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi
seluruh makhluk hidup.
Modul ini disusun untuk dipelajari secara mandiri. Apabila Anda sungguh-sungguh
mempelajarinya dan melaksanakan petunjuk-petunjuk di dalamnya, kami yakin Anda
akan berhasil mempelajari dengan baik.
Ada beberapa petunjuk agar Anda sukses dalam mempelajari modul ini:
1. Belajarlah dengan niat yang ikhlas dan sungguh-sungguh dalam mempelajarinya.
2. Bacalah buku-buku lain yang membahas Pedosfer sebagai pelengkap pelajaran
Anda.
3. Untuk menguasai tingkat pemahaman materi, jangan dilewatkan latihan-latihan
soal dan tugas-tugas yang harus Anda kerjakan. Setelah Anda mengerjakan
soal, cocokkan jawaban Anda dengan kunci jawaban. Pada bagian-bagian yang
belum Anda jawab dengan benar, silahkan Anda pelajari sekali lagi.
4. Apabila ada materi yang kurang jelas, bertanyalah kepada teman, guru pamong/
guru bina atau kepada siapa saja yang sekiranya tahu.
5. Kalau Anda sudah merasa memahami uraian materi modul ini, mintalah kepada
guru bina untuk melaksanakan Tes Akhir Modul (TAM).
6. Anda berhasil mempelajari modul ini, apabila memperoleh nilai 7.5 atau lebih.
Modul ini dibagi dalam empat kategori belajar yaitu:
1. Kegiatan Belajar 1, membahas tentang:
a. Pengertian tanah dan lahan
b. Faktor-faktor pembentuk tanah
2. Kegiatan Belajar 2, membahas tentang jenis-jenis tanah di Indonesia
3. Kegiatan Belajar 3, membahas tentang:
a. Penyebab kerusakan tanah
b. Dampak kerusakan tanah terhadap kehidupan
4. Kegiatan Belajar 4, membahas tentang:
a. Jenis-jenis erosi oleh air
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi erosi
c. Metode pengawetan tanah
Untuk menyelesaikan modul ini diperlukan waktu 4 x 45 menit termasuk untuk
menyelesaikan tugas.
Akhir kata selamat belajar, semoga sukses.
5
FAKTOR-FAKTOR
PEMBENTUK TANAH
Setelah mempelajari kegiatan belajar 1 ini, Anda diharapkan dapat:
1. membedakan pengertian tanah dan lahan; dan
2. menjelaskan faktor-faktor pembentuk tanah.
Anda sebelumnya telah mempelajari tentang “Hidrosfer” (lapisan air). Materi
lanjutannya adalah tentang “Pedosfer”. Istilah ini mungkin baru Anda dengar, tapi
dengan semangat dan motivasi yang tinggi, Anda dapat memahami konsep-konsep
Pedosfer. Selamat Belajar, sukses selalu!
A. Pengertian Tanah dan Lahan
Anda mungkin bertanya apa hubungan Pedosfer dengan tanah dan
lahan? Pedosfer atau tanah adalah lapisan kulit bumi yang tipis terletak
di bagian paling atas permukaan bumi. Lalu apa bedanya tanah
dengan lahan? Selama ini orang awam beranggapan tanah sama
pengertiannya dengan lahan. Padahal menurut konsep Geografi tanah
dengan lahan memiliki perbedaan yang mendasar.
Tanah dalam Bahasa Inggris disebut soil, menurut Dokuchaev: tanah adalah
suatu benda fisis yang berdimensi tiga terdiri dari panjang, lebar, dan dalam
yang merupakan bagian paling atas dari kulit bumi.
Sedangkan lahan Bahasa Inggrisnya disebut land, lahan merupakan lingkungan
fisis dan biotik yang berkaitan dengan daya dukungnya terhadap perikehidupan
dan kesejahteraan hidup manusia. Yang dimaksud dengan lingkungan fisis
meliputi relief atau topografi, tanah, air, iklim. Sedangkan lingkungan biotik meliputi
tumbuhan, hewan, dan manusia. Jadi kesimpulannya pengertian lahan lebih luas
daripada tanah.
Bagaimana, apakah Anda telah mengetahui perbedaan tanah dengan lahan!
Coba tuliskan kesimpulanmu pada kertas tersendiri! Sekarang marilah kita pelajari
faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembentukan tanah.
Kegiatan Belajar 1
6
B. Faktor-faktor Pembentuk Tanah
Ada beberapa faktor penting yang mempengaruhi proses pembentukan tanah,
antara lain iklim, organisme, bahan induk, topografi, dan waktu. Faktor-faktor
tersebut dapat dirumuskan dengan rumus sebagai berikut:
T = f (i, o, b, t, w)
Keterangan:
T = tanah b = bahan induk
f = faktor t = topografi
i = iklim w = waktu
o = organisme
Faktor-faktor pembentuk tanah tersebut akan diuraikan sebagai berikut:
1. Iklim
Unsur-unsur iklim yang mempengaruhi proses pembentukan tanah terutama
ada dua, yaitu suhu dan curah hujan.
a. Suhu/Temperatur
Suhu akan berpengaruh terhadap proses pelapukan bahan induk. Apabila
suhu tinggi, maka proses pelapukan akan berlangsung cepat sehingga
pembentukan tanah akan cepat pula.
b. Curah hujan
Curah hujan akan berpengaruh terhadap kekuatan erosi dan pencucian
tanah, sedangkan pencucian tanah yang cepat menyebabkan tanah
menjadi asam (pH tanah menjadi rendah).
2. Organisme (Vegetasi, Jasad renik/mikroorganisme)
Organisme sangat berpengaruh terhadap proses pembentukan tanah dalam
hal:
a. Membuat proses pelapukan baik pelapukan organik maupun pelapukan
kimiawi.
Pelapukan organik adalah pelapukan yang dilakukan oleh makhluk hidup
(hewan dan tumbuhan), sedangkan pelapukan kimiawi adalah pelapukan
yang terjadi oleh proses kimia seperti batu kapur larut oleh air.
b. Membantu proses pembentukan humus. Tumbuhan akan menghasilkan
dan menyisakan daun-daunan dan ranting-ranting yang menumpuk di
permukaan tanah. Daun dan ranting itu akan membusuk dengan bantuan
jasad renik/mikroorganisme yang ada di dalam tanah.
7
c. Pengaruh jenis vegetasi terhadap sifat-sifat tanah sangat nyata terjadi di
daerah beriklim sedang seperti di Eropa dan Amerika. Vegetasi hutan
dapat membentuk tanah. Vegetasi hutan dapat membentuk tanah hutan
dengan warna merah, sedangkan vegetasi rumput membentuk tanah
berwarna hitam karena banyak kandungan bahan organis yang berasal
dari akar-akar dan sisa-sisa rumput.
d. Kandungan unsur-unsur kimia yang terdapat pada tanaman berpengaruh
terhadap sifat-sifat tanah. Contoh, jenis cemara akan memberi unsurunsur
kimia seperti Ca, Mg, dan K yang relatif rendah, akibatnya tanah di
bawah pohon cemara derajat keasamannya lebih tinggi daripada tanah
di bawah pohon jati.
3. Bahan Induk
Bahan induk terdiri dari batuan vulkanik, batuan beku, batuan sedimen
(endapan), dan batuan metamorf.
Batuan induk itu akan hancur menjadi bahan induk, kemudian akan mengalami
pelapukan dan menjadi tanah.
Tanah yang terdapat di permukaan bumi sebagian memperlihatkan sifat
(terutama sifat kimia) yang sama dengan bahan induknya. Bahan induknya
masih terlihat misalnya tanah berstuktur pasir berasal dari bahan induk yang
kandungan pasirnya tinggi. Susunan kimia dan mineral bahan induk akan
mempengaruhi intensitas tingkat pelapukan dan vegetasi diatasnya. Bahan
induk yang banyak mengandung unsur Ca akan membentuk tanah dengan
kadar ion Ca yang banyak pula sehingga dapat menghindari pencucian asam
silikat dan sebagian lagi dapat membentuk tanah yang berwarna kelabu.
Sebaliknya bahan induk yang kurang kandungan kapurnya membentuk tanah
yang warnanya lebih merah.
4. Topografi/Relief
Keadaan relief suatu daerah akan mempengaruhi:
a. Tebal atau tipisnya lapisan tanah
Daerah yang memiliki topografi miring dan berbukit lapisan tanahnya lebih
tipis karena tererosi, sedangkan daerah yang datar lapisan tanahnya tebal
karena terjadi sedimentasi.
b. Sistem drainase/pengaliran
Daerah yang drainasenya jelek seperti sering tergenang menyebabkan
tanahnya menjadi asam.
8
5. Waktu
Tanah merupakan benda alam yang terus menerus berubah, akibat pelapukan
dan pencucian yang terus menerus. Oleh karena itu tanah akan menjadi
semakin tua dan kurus. Mineral yang banyak mengandung unsur hara telah
habis mengalami pelapukan sehingga tinggal mineral yang sukar lapuk seperti
kuarsa.
Karena proses pembentukan tanah yang terus berjalan, maka induk tanah
berubah berturut-turut menjadi tanah muda, tanah dewasa, dan tanah tua.
Untuk jelasnya lihat gambar berikut:
Gambar 1. Tingkat-tingkat perkembangan tanah
Penjelasan
Tanah Muda ditandai oleh proses pembentukan tanah yang masih tampak
pencampuran antara bahan organik dan bahan mineral atau masih tampak
struktur bahan induknya. Contoh tanah muda adalah tanah aluvial, regosol
dan litosol.
Tanah Dewasa ditandai oleh proses yang lebih lanjut sehingga tanah muda
dapat berubah menjadi tanah dewasa, yaitu dengan proses pembentukan
horison B. Contoh tanah dewasa adalah andosol, latosol, grumosol.
Tanah Tua proses pembentukan tanah berlangsung lebih lanjut sehingga
terjadi proses perubahan-perubahan yang nyata pada horizon-horoson A
dan B. Akibatnya terbentuk horizon A1, A2, A3, B1, B2, B3. Contoh tanah pada
tingkat tua adalah jenis tanah podsolik dan latosol tua (laterit).
a = bahan induk
b = tanah muda
c = tanah dewasa
d + e = tanah tua (d = ultisol; e = oxisol)
a b c d e
C C B atau
A A
C C
A1
A2
B1
A3
B2 t
B3 B3
cC
Box
B1
A3
A1
Keterangan:
9
Lamanya waktu yang diperlukan untuk pembentukan tanah berbeda-beda.
Bahan induk vulkanik yang lepas-lepas seperti abu vulkanik memerlukan
waktu 100 tahun untuk membentuk tanah muda, dan 1000 – 10.000 tahun
untuk membentuk tanah dewasa. Secara ringkas faktor-faktor pembentuk
tanah digambarkan seperti berikut:
Gambar 2. Faktor-faktor pembentuk tanah
Agar Anda lebih memahami uraian materi tersebut, kerjakanlah latihan soal
berikut!
Carilah hubungan antara dua aspek yang terdapat pada kolom sebelah kiri dengan
kolom sebelah kanannya dengan cara memberi tanda ceklist (“)
I.
No. Aspek-aspek yang terkait Tanah Lahan
1. Lapisan bumi tipis yang terletak di bagian
paling atas
2. Pengertian land
3. Pengertian soil
4. Dibutuhkan untuk pendirian pabrik
5. Media untuk berkembangnya tanaman
Organisme
Bahan
Induk
Tanah
Relief
(Topografi)
Iklim
Waktu
10
II.
No. Sub faktor yang Organisme Bahan Iklim Topografi Waktu
berpengaruh Induk
1. Curah hujan dan suhu
2. Perubahan induk tanah
3. Tebal/tipisnya lapi-san tanah
4. Batuan vulkanik, beku,
sediment
5. Membantu proses
pertumbuhan humus
Setelah Anda jawab, coba cocokkan dengan kunci jawaban berikut:
I. 1. tanah II. 1. iklim
2. lahan 2. waktu
3. tanah 3. topografi
4. lahan 4. bahan induk
5. tanah 5. organisme
Apabila jawaban Anda yang benar kurang dari 7, coba ulangi lagi memahami
uraian materi tersebut, dan apabila benarnya tujuh atau lebih, silahkan
mempelajari materi berikutnya!
Kosa Kata
Soil : tanah
Land : lahan
Fisis : benda-benda mati di sekitar kita
Biotik : benda hidup
Abiotik : benda mati
Relief : tinggi rendahnya permukaan bumi
Topografi : ketinggian tempat atau lereng
Vegetasi : tumbuhan
Jasad renik/
Mikroorganisme : makhluk hidup yang ukurannya sangat kecil
Organisme : makhluk hidup
Pelapukan : penghancuran batuan
11
TUGAS 1
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut dengan singkat dan tepat!
1. Jelaskan perbedaan lahan dengan tanah!
2. Sebutkan faktor-faktor pembentuk tanah!
3. Jelaskan ciri perbedaan tanah muda dengan tanah tua!
12
13
JENIS-JENIS TANAH
DI INDONESIA
Seteleh mempelajari kegiatan belajar 2 ini, Anda diharapkan dapat
menjelaskan jenis-jenis tanah yang terdapat di Indonesia.
Anda tentu mengetahui dan memperhatikan bahwa jenis tanah yang
terdapat di permukaan bumi berbeda-beda antara satu tempat dengan
tempat lainnya. Pada uraian materi ini akan dibahas jenis-jenis tanah
yang terdapat di Indonesia. Selamat belajar semoga sukses!
Jenis tanah yang terdapat di Indonesia bermacam-macam, antara lain:
1. Organosol atau Tanah Gambut atau Tanah Organik
Jenis tanah ini berasal dari bahan induk organik seperti dari hutan rawa atau
rumput rawa, dengan ciri dan sifat: tidak terjadi deferensiasi horizon secara jelas,
ketebalan lebih dari 0.5 meter, warna coklat hingga kehitaman, tekstur debu
lempung, tidak berstruktur, konsistensi tidak lekat-agak lekat, kandungan organik
lebih dari 30% untuk tanah tekstur lempung dan lebih dari 20% untuk tanah
tekstur pasir, umumnya bersifat sangat asam (pH 4.0), kandungan unsur hara
rendah.
Berdasarkan penyebaran topografinya, tanah gambut dibedakan menjadi tiga
yaitu:
a. gambut ombrogen: terletak di dataran pantai berawa, mempunyai ketebalan
0.5 – 16 meter, terbentuk dari sisa tumbuhan hutan dan rumput rawa, hampir
selalu tergenang air, bersifat sangat asam. Contoh penyebarannya di daerah
dataran pantai Sumatra, Kalimantan dan Irian Jaya (Papua);
b. gambut topogen: terbentuk di daerah cekungan (depresi) antara rawa-rawa
di daerah dataran rendah dengan di pegunungan, berasal dari sisa tumbuhan
rawa, ketebalan 0.5 – 6 meter, bersifat agak asam, kandungan unsur hara
relatif lebih tinggi. Contoh penyebarannya di Rawa Pening (Jawa Tengah),
Rawa Lakbok (Ciamis, Jawa Barat), dan Segara Anakan (Cilacap, Jawa
Tengah); dan
c. gambut pegunungan: terbentuk di daerah topografi pegunungan, berasal dari
sisa tumbuhan yang hidupnya di daerah sedang (vegetasi spagnum). Contoh
penyebarannya di Dataran Tinggi Dieng.
Kegiatan Belajar 2
14
Berdasarkan susunan kimianya tanah gambut dibedakan menjadi:
a. gambut eutrop, bersifat agak asam, kandungan O2 serta unsur haranya lebih
tinggi;
b. gambut oligotrop, sangat asam, miskin O2 , miskin unsur hara, biasanya selalu
tergenang air; dan
c. mesotrop, peralihan antara eutrop dan oligotrop.
2. Aluvial
Jenis tanah ini masih muda, belum mengalami perkembangan, berasal dari bahan
induk aluvium, tekstur beraneka ragam, belum terbentuk struktur , konsistensi
dalam keadaan basah lekat, pH bermacam-macam, kesuburan sedang hingga
tinggi.
Penyebarannya di daerah dataran aluvial sungai, dataran aluvial pantai dan
daerah cekungan (depresi).
3. Regosol
Jenis tanah ini masih muda, belum mengalami diferensiasi horizon, tekstur pasir,
struktur berbukit tunggal, konsistensi lepas-lepas, pH umumnya netral, kesuburan
sedang, berasal dari bahan induk material vulkanik piroklastis atau pasir pantai.
Penyebarannya di daerah lereng vulkanik muda dan di daerah beting pantai dan
gumuk-gumuk pasir pantai.
4. Litosol
Tanah mineral tanpa atau sedikit perkembangan profil, batuan induknya batuan
beku atau batuan sedimen keras, kedalaman tanah dangkal (< 30 cm) bahkan
kadang-kadang merupakan singkapan batuan induk (outerop). Tekstur tanah
beranekaragam, dan pada umumnya berpasir, umumnya tidak berstruktur,
terdapat kandungan batu, kerikil dan kesuburannya bervariasi.
Tanah litosol dapat dijumpai pada segala iklim, umumnya di topografi berbukit,
pegunungan, lereng miring sampai curam.
5. Latosol
Jenis tanah ini telah berkembang atau terjadi diferensiasi horizon, kedalaman
dalam, tekstur lempung, struktur remah hingga gumpal, konsistensi gembur
hingga agak teguh, warna coklat merah hingga kuning.
Penyebarannya di daerah beriklim basah, curah hujan lebih dari 300 – 1000
meter, batuan induk dari tuf, material vulkanik, breksi batuan beku intrusi.
15
6. Grumosol
Tanah mineral yang mempunyai perkembangan profil, agak tebal, tekstur lempung
berat, struktur kersai (granular) di lapisan atas dan gumpal hingga pejal di lapisan
bawah, konsistensi bila basah sangat lekat dan plastis, bila kering sangat keras
dan tanah retak-retak, umumnya bersifat alkalis, kejenuhan basa, dan kapasitas
absorpsi tinggi, permeabilitas lambat dan peka erosi. Jenis ini berasal dari batu
kapur, mergel, batuan lempung atau tuf vulkanik bersifat basa.
Penyebarannya di daerah iklim sub humid atau sub arid, curah hujan kurang
dari 2500 mm/tahun.
7. Podsolik Merah Kuning
Tanah mineral telah berkembang, solum (kedalaman) dalam, tekstur lempung
hingga berpasir, struktur gumpal, konsistensi lekat, bersifat agak asam (pH kurang
dari 5.5), kesuburan rendah hingga sedang, warna merah hingga kuning,
kejenuhan basa rendah, peka erosi. Tanah ini berasal dari batuan pasir kuarsa,
tuf vulkanik, bersifat asam. Tersebar di daerah beriklim basah tanpa bulan kering,
curah hujan lebih dari 2500 mm/tahun.
8. Podsol
Jenis tanah ini telah mengalami perkembangan profil, susunan horizon terdiri
dari horizon albic (A2) dan spodic (B2H) yang jelas, tekstur lempung hingga pasir,
struktur gumpal, konsistensi lekat, kandungan pasir kuarsanya tinggi, sangat
masam, kesuburan rendah, kapasitas pertukaran kation sangat rendah, peka
terhadap erosi, batuan induk batuan pasir dengan kandungan kuarsanya tinggi,
batuan lempung dan tuf vulkan masam.
Penyebaran di daerah beriklim basah, curah hujan lebih dari 2000 mm/tahun
tanpa bulan kering, topografi pegunungan. Daerahnya Kalimantan Tengah,
Sumatra Utara dan Irian Jaya (Papua).
9. Andosol
Jenis tanah mineral yang telah mengalami perkembangan profil, solum agak
tebal, warna agak coklat kekelabuan hingga hitam, kandungan organik tinggi,
tekstur geluh berdebu, struktur remah, konsistensi gembur dan bersifat licin
berminyak (smeary), kadang-kadang berpadas lunak, agak asam, kejenuhan
basa tinggi dan daya absorpsi sedang, kelembaban tinggi, permeabilitas sedang
dan peka terhadap erosi. Tanah ini berasal dari batuan induk abu atau tuf vulkanik.
16
10. Mediteran Merah – Kuning
Tanah mempunyai perkembangan profil, solum sedang hingga dangkal, warna
coklat hingga merah, mempunyai horizon B argilik, tekstur geluh hingga lempung,
struktur gumpal bersudut, konsistensi teguh dan lekat bila basah, pH netral hingga
agak basa, kejenuhan basa tinggi, daya absorpsi sedang, permeabilitas sedang
dan peka erosi, berasal dari batuan kapur keras (limestone) dan tuf vulkanis
bersifat basa. Penyebaran di daerah beriklim sub humid, bulan kering nyata.
Curah hujan kurang dari 2500 mm/tahun, di daerah pegunungan lipatan, topografi
Karst dan lereng vulkan ketinggian di bawah 400 m. Khusus tanah mediteran
merah – kuning di daerah topografi Karst disebut terra rossa.
11. Hodmorf Kelabu (gleisol)
Jenis tanah ini perkembangannya lebih dipengaruhi oleh faktor lokal, yaitu
topografi merupakan dataran rendah atau cekungan, hampir selalu tergenang
air, solum tanah sedang, warna kelabu hingga kekuningan, tekstur geluh hingga
lempung, struktur berlumpur hingga masif, konsistensi lekat, bersifat asam (pH
4.5 – 6.0), kandungan bahan organik. Ciri khas tanah ini adanya lapisan glei
kontinu yang berwarna kelabu pucat pada kedalaman kurang dari 0.5 meter
akibat dari profil tanah selalu jenuh air.
Penyebaran di daerah beriklim humid hingga sub humid, curah hujan lebih dari
2000 mm/tahun.
12. Tanah sawah (paddy soil)
Tanah sawah ini diartikan tanah yang karena sudah lama (ratusan tahun)
dipersawahkan memperlihatkan perkembangan profil khas, yang menyimpang
dari tanah aslinya. Penyimpangan antara lain berupa terbentuknya lapisan bajak
yang hampir kedap air disebut padas olah, sedalam 10 – 15 cm dari muka tanah
dan setebal 2 – 5 cm. Di bawah lapisan bajak tersebut umumnya terdapat lapisan
mangan dan besi, tebalnya bervariasi antara lain tergantung dari permeabilitas
tanah. Lapisan tersebut dapat merupakan lapisan padas yang tak tembus
perakaran, terutama bagi tanaman semusim. Lapisan bajak tersebut nampak
jelas pada tanah latosol, mediteran dan regosol, samara-samar pada tanah aluvial
dan grumosol.
Gambar 3.
Pematang sawah
17
Agar Anda lebih memahami materi pelajaran tersebut, jawablah soal-soal latihan
berikut ini dengan cara menjodohkan penjelasannya di kolom sebelah kiri dengan
jawaban tepatnya di sebelah kolom kanan cukup membubuhkan huruf saja!
No. Ciri-Ciri dan Sifat-Sifat Tanah Jenis Tanah
1. Menyimpang dari tanah aslinya, terbentuk lapisan
padas olah dan lapisan bajak yang kedap air a. aluvial
2. Berasal dari batuan pasir kuarsa, tuf vulkanik, bersifat
asam, solum dalam b. litosol
3. Jenis tanah masih muda, kesuburan cukup tinggi,
belum terbentuk struktur c. paddy soil
4. Tanah telah berkembang/terjadi deferensiasi horizon,
tekstur lempung, warna coklat hingga kuning d. mediteran
merah kuning
5. Tanah ini masih muda, kesuburan sedang, berasal
dari bahan induk material vulkanik piroklastis e. latosol
6. Sering dijumpai di topografi berbukit, lereng
miring/curam, terdapat kandungan batu, kerikil f. podsolik
merah kuning
7. Memiliki kandungan organik tinggi, solum tebal,
berasal dari batuan induk abu/tuf vulkanik g. regosol
8. Tanah yang disebut terra rossa, warna coklat hingga
merah, di daerah beriklim sub humid h. andosol
Setelah Anda jawab dengan tidak melihat kunci jawaban (jujur), cocokkan
jawabannya. Apabila Anda benarnya di bawah 6, belajarlah sekali lagi.
1. C 5. G
2. F 6. B
3. A 7. H
4. E 8. D
KOSA KATA
Horison tanah : lapisan tanah yang letaknya atau sejajar dengan permukaan tanah
Solum : kedalaman tanah
Arid : daerah kurang hujan
Humid : daerah lembab
Tuff : bahan vulkanik yang membatu dan menjadi butiran
Intrusi : resapan/penyusupan
Absorpsi : penyerapan
Karst : kapur
Permeabilitas : dapat ditembus air
18
TUGAS 2
Jawablah pertanyaan berikut dengan tepat dan ringkas!
1. Jelaskan apa yang Anda ketahui tentang tanah gambut?
2. Apakah bedanya tanah gambut ombrogen dengan gambut topogen menurut
topografinya?
3. Jelaskan tanah aluvial, dan dimana penyebarannya?
19
PENYEBAB TERJADINYA KERUSAKAN TANAH
DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEHIDUPAN
Setelah mempelajari kegiatan belajar 3 ini, Anda diharapkan dapat:
1. menyebutkan penyebab kerusakan tanah; dan
2. dampak kerusakan tanah terhadap kehidupan.
Seperti halnya terhadap benda-benda lain, tanah juga termasuk wujud
alam yang mudah mengalami kerusakan. Kerusakan tanah akan
dijelaskan pada uraian berikut ini. Selamat belajar!
1. Penyebab Kerusakan Tanah
Kerusakan tanah dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain sebagai berikut:
a. Perusakan hutan
Akibat dari hutan yang rusak dapat mengurangi daya serap tanah dan
mengurangi kemampuannya dalam menampung dan menahan air, sehingga
tanah mudah tererosi.
b. Proses kimiawi air hujan
Air hujan merupakan faktor utama terjadinya kerusakan tanah melalui proses
perubahan kimiawi dan sebagian lagi karena proses mekanis.
c. Proses mekanis air hujan
Air hujan yang turun sangat deras dapat mengikis dan menggores tanah di
permukaannya sehingga bisa terbentuk selokan. Pada daerah yang tidak
bervegetasi, hujan lebat dapat menghanyutkan tanah berkubik-kubik. Air hujan
dapat pula menghanyutkan lumpur sehingga terjadi banjir lumpur.
d. Tanah longsor
Tanah longsor adalah turunnya atau ambruknya tanah dan bebatuan ke
bawah bukit. Hujan mempercepat longsornya tanah karena tanah menjadi
longgar dan berat. Pelongsoran hanya terjadi pada lapisan luar yang terlepas
dari permukaan tanah.
e. Erosi oleh air hujan
Pergerakan tanah dapat disebabkan oleh air hujan, misalnya tanah labil yang
ada di pinggir-pinggir sungai apabila tertimpa hujan lebat akan lepas dan
jatuh ke sungai.
Kegiatan Belajar 3
20
f. Kehilangan unsur hara dan bahan organik dari daerah perakaran.
g. Terkumpulnya garam di daerah perakaran (salinisasi).
h. Penjenuhan tanah oleh air (waterlogging) dan erosi.
2. Dampak Kerusakan Tanah terhadap Kehidupan
Kerusakan tanah yang utama adalah akibat erosi. Erosi tidak hanya menyebabkan
kerusakan tanah di tempat erosi, tetapi juga kerusakan-kerusakan di tempat lain
yaitu hasil-hasil erosi tersebut diendapkan.
a. Kerusakan di tempat terjadinya erosi
Kerusakan tanah di tempat terjadinya erosi terutama akibat hilangnya
sebagian tanah dari tempat tersebut karena erosi. Hilangnya sebagian tanah
ini mengakibatkan hal-hal berikut:
1) penurunan produktifitas tanah;
2) kehilangan unsur hara yang diperlukan tanaman;
3) kualitas tanaman menurun;
4) laju infiltrasi dan kemampuan tanah menahan air berkurang;
5) struktur tanah menjadi rusak;
6) lebih banyak tenaga diperlukan untuk mengolah tanah;
7) erosi gully dan tebing (longsor) menyebabkan lahan terbagi-bagi dan
mengurangi luas lahan yang dapat ditanami; dan
8) pendapatan petani berkurang.
Gambar 4. Erosi
b. Kerusakan di tempat penerima hasil erosi
Erosi dapat juga menyebabkan kerusakan-kerusakan di tempat penerima
hasil erosi. Erosi memindahkan tanah berikut senyawa-senyawa kimia yang
ada di dalamnya seperti unsur-unsur hara tanaman (N,P, bahan organik dan
sebagainya) atau sisa-sisa pestisida dan herbisida (DDT, Endrin dan lainlain).
21
Pengendapan bahan-bahan tanah berikut senyawa-senyawa kimia yang
dikandungnya dapat dikatakan sebagai polusi (pencemaran) di tempat tersebut.
Pencemaran yang disebabkan oleh bahan-bahan padat tanah disebut “polusi
sedimen”, sedangkan pencemaran oleh senyawa-senyawa kimia yang ada di
dalam tanah disebut “polusi kimia”. Polusi kimia dari tanah dapat dibedakan
menjadi polusi kimia dari unsur hara (pupuk) dan polusi kimia dari pestisida/
herbisida.
Polusi sedimen: adalah pengendapan bahan tanah yang tererosi ke tempat lain.
Pengendapan ini dapat menyebabkan:
- Pendangkalan sungai sehingga kapasitas sungai menurun. Akibatnya
menambah terjadinya banjir, apalagi kalau banyak air mengalir sebagai aliran
permukaan (run off) karena hilangnya vegetasi di daerah hulu.
- Tanah-tanah yang subur kadang-kadang menjadi rusak karena tertimbun
oleh tanah-tanah kurus atau batu-batuan, pasir, kerikil dari tempat lain.
- Apabila digunakan untuk air minum, air yang kotor itu perlu lebih banyak
biaya untuk membersihkannya.
- Karena air yang keruh, maka mengurangi fotosintesis dari tanaman air (karena
sinar matahari sulit menembus air).
- Perubahan-perubahan dalam jumlah bahan yang diangkut mempengaruhi
keseimbangan sungai tersebut. Apabila terjadi pengendapan di suatu dam,
maka air yang telah kehilangan sebagian dari bahan yang diangkutnya
tersebut akan mencari keseimbangan baru dengan mengikis dasar saluran
atau pondasi dari dam tersebut sehingga menyebabkan kerusakan.
- Kadang-kadang polusi sedimen dapat memberi pengaruh baik yaitu bila terjadi
pengendapan tanah-tanah subur, misalnya tanah-tanah aluvial di sekitar
sungai.
Polusi kimia dari pupuk. Polusi kimia dari pupuk merupakan polusi unsur-unsur
hara tanaman. Tanah-tanah yang dipindahkan oleh erosi pada umumnya
mengandung unsur hara lebih tinggi daripada tanah yang ditinggalkannya. Hal
ini disebabkan lapisan tanah yang tererosi umumnya adalah lapisan atas yang
subur.
Disamping itu fraksi tanah yang halus (debu) lebih mudah tererosi oleh karena
itu unsur hara dari pupuk terutama “P” sebagian besar diserap butir-butir tanah
tersebut maka banyak unsur “P” yang hilang karena erosi. Disamping itu sebagian
besar “P” dalam tanah sukar larut sehingga P diangkut ke tempat lain bersama
bagian-bagian padat dari tanah. Unsur-unsur hara yang mudah larut seperti
Nitrogen (Nitrat), umumnya diangkut ke tempat lain bersama dengan aliran
permukaan (run off) atau air infiltrasi (peresapan).
- Polusi unsur hara N dan P pada air irigasi memberi akibat baik karena dapat
menyuburkan tanaman.
- Polusi N pada air minum dapat membahayakan kesehatan. Misalnya terlalu
banyak Nitrat akan menyebabkan penyakit pada bayi yang dikenal dengan
nama Metahemoglobinemia.
22
- Polusi unsur hara di danau dapat mengganggu keseimbangan biologis. Danau
yang tadinya miskin unsur hara (oligotropik) diperkaya dengan unsur P dan
unsur hara lain sehingga kesuburannya meningkat menjadi sedang
(mesotropik), dan seterusnya menjadi subur (eutropik). Proses ini disebut
proses eutrofikasi.
Sebagai akibat proses eutrofikasi ini maka terjadilah perkembangan algae yang
sangat banyak (algae bloom), sehingga mengurangi tersedianya oksigen bagi
ikan dan makhluk lain yang hidup dalam air tersebut. Selain itu air yang penuh
algae akan mempunyai rasa dan bau yang tidak enak untuk keperluan air minum.
Pencegahan polusi unsur hara yang terbaik adalah dengan cara pemberian pupuk
sedemikian rupa sehingga semua unsur hara dapat diserap tanaman. Dalam
prakteknya hal demikian tidak mungkin dapat dilakukan sehingga dianjurkan
penanggulangan yang lebih praktis yaitu dengan cara mencegah terjadinya erosi
dan run off yang berlebihan dengan menggunakan kaidah-kaidah pengawetan
tanah dan air.
Polusi kimia oleh bahan-bahan pestisida. Pestisida dapat digolongkan menjadi
dua golongan besar yaitu pestisida yang mudah larut (hancur) dan pestisida
yang sukar hancur. Golongan yang sukar hancur (larut) merupakan polusi
pestisida yang utama. Disamping sukar larut jenis pestisida ini diserap oleh butirbutir
tanah halus seperti halnya unsur P sehingga lebih banyak terangkut ke
tempat lain bersama tanah-tanah yang tererosi. Seperti halnya unsur hara, polusi
pestisida banyak menimbulkan masalah pada persediaan air, terutama
mengganggu pada bidang kesehatan.
Ada hal yang perlu diketahui yaitu terjadinya proses biomagnification melalui
siklus rantai makanan untuk beberapa jenis pestisida terutama yang dapat diserap
dengan kuat dalam jaringan tubuh seperti DDT. Dengan proses ini pestisida
yang mula-mula berkonsentrasi sangat kecil yang tidak membahayakan lalu
semakin banyak dan menjadi fatal (dapat menyebabkan kematian).
Pencegahan terjadinya polusi pestisida dapat dilakukan dengan membatasi
penggunaan pestisida yang banyak menimbulkan residu seperti DDT, Aldrin,
Dieldrin, dan sebagainya. Pencegahan yang paling baik sudah barang tentu
mencegah terjadinya erosi dari sumbernya. Dengan cara ini maka pestisida dan
unsur hara yang terikat dalam butir-butir tanah (DDT, Aldrin, Dieldrin) dapat
dicegah untuk tidak menjadi sumber polusi. Unsur hara dan pestisida yang mudah
larut masih dapat mengalir ke tempat lain bersama air run off dan infiltrasi,
tetapi sumber polusi jenis ini tidak terlalu begitu membahayakan.
23
KOSA KATA
Biomagnification : penyerapan bahan ke dalam tubuh secara perlahan-lahan
Run off : pengaliran air di permukaan bumi
Infiltrasi : peresapan
Oligotropik : miskin unsur hara (tidak subur)
Mesotropik : unsur hara cukup (kesuburan sedang)
Entropik : unsur hara kaya (sangat subur)
Alga boom : alga menjadi sangat banyak
24
TUGAS 3
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut dengan tepat!
1. Sebutkan faktor-faktor penyebab kerusakan tanah!
2. Jelaskan kerusakan tanah akibat erosi:
a. di tempat terjadinya erosi
b. di tempat penerima hasil erosi
3. Apakah bedanya polusi sedimen dengan polusi kimia?
25
USAHA MENGURANGI
EROSI TANAH
Setelah Anda mempelajari kegiatan belajar 4 ini, Anda diharapkan dapat:
1. menyebutkan jenis-jenis erosi oleh air;
2. menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi erosi; dan
3. menjelaskan 3 metode pengawetan tanah.
Anda tentu sudah tahu pengertian erosi? Apa saja jenis-jenis erosi oleh
air, faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi erosi, dan bagaimana agar
tanah menjadi awet? uraian berikut ini akan membahas pertanyaanpertanyaan
tersebut. Selamat belajar. Sukses untuk Anda!
Erosi adalah suatu proses penghancuran tanah (detached) dan kemudian tanah
tersebut dipindahkan ke tempat lain oleh kekuatan air, angina, gletser atau gravitasi.
Di Indonesia erosi yang terpenting adalah disebabkan oleh air.
Jenis-jenis Erosi oleh Air
1 Pelarutan
Tanah kapur mudah dilarutkan air sehingga di daerah kapur sering ditemukan
sungai-sungai di bawah tanah.
2. Erosi percikan (splash erosion)
Curah hujan yang jatuh langsung ke tanah dapat melemparkan butir-butir tanah
sampai setinggi 1 meter ke udara. Di daerah yang berlereng, tanah yang terlempar
tersebut umumnya jatuh ke lereng di bawahnya.
3. Erosi lembar (sheet erosion)
Pemindahan tanah terjadi lembar demi lembar (lapis demi lapis) mulai dari lapisan
yang paling atas. Erosi ini sepintas lalu tidak terlihat, karena kehilangan lapisanlapisan
tanah seragam, tetapi dapat berbahaya karena pada suatu saat seluruh
top soil akan habis.
4. Erosi alur (rill erosion)
Dimulai dengan genangan-genangan kecil setempat-setempat di suatu lereng,
maka bila air dalam genangan itu mengalir, terbentuklah alur-alur bekas aliran
air tersebut. Alur-alur itu mudah dihilangkan dengan pengolahan tanah biasa.
Kegiatan Belajar 4
26
5. Erosi gully (gully erosion)
Erosi ini merupakan lanjutan dari erosi alur tersebut di atas. Karena alur yang
terus menerus digerus oleh aliran air terutama di daerah-daerah yang banyak
hujan, maka alur-alur tersebut menjadi dalam dan lebar dengan aliran air yang
lebih kuat. Alur-alur tersebut tidak dapat hilang dengan pengolahan tanah biasa.
6. Erosi parit (channel erosion)
Parit-parit yang besar sering masih terus mengalir lama setelah hujan berhenti.
Aliran air dalam parit ini dapat mengikis dasar parit atau dinding-dinding tebing
parit di bawah permukaan air, sehingga tebing diatasnya dapat runtuh ke dasar
parit. Adanya gejala meander dari alirannya dapat meningkatkan pengikisan
tebing di tempat-tempat tertentu.
7. Longsor
Tanah longsor terjadi karena gaya gravitasi. Biasanya karena tanah di bagian
bawah tanah terdapat lapisan yang licin dan kedap air (sukar ketembus air)
seperti batuan liat. Dalam musim hujan tanah diatasnya menjadi jenuh air
sehingga berat, dan bergeser ke bawah melalui lapisan yang licin tersebut sebagai
tanah longsor.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Erosi
Beberapa faktor yang mempengaruhi besarnya erosi air adalah :
1. Curah hujan
Sifat-sifat yang perlu diketahui adalah:
- Intensitas hujan: menunjukkan banyaknya curah hujan persatuan waktu.
Biasanya dinyatakan dalam mm/jam atau cm/jam.
- Jumlah hujan: menunjukkan banyaknya air hujan selama terjadi hujan, selama
satu bulan atau selama satu tahun dan sebagainya.
- Distribusi hujan: menunjukkan penyebaran waktu terjadinya hujan.
2. Sifat-sifat tanah
Sifat-sifat tanah yang mempengaruhi kepekaan tanah terhadap erosi adalah:
- Tekstur tanah: tanah dengan tekstur kasar seperti pasir adalah tahan terhadap
erosi, karena butir-butir yang besar (kasar) tersebut memerlukan lebih banyak
tenaga untuk mengangkut. Tekstur halus seperti liat, tahan terhadap erosi
karena daya rekat yang kuat sehingga gumpalannya sukar dihancurkan.
Tekstur tanah yang paling peka terhadap erosi adalah debu dan pasir sangat
halus. Oleh karena itu makin tinggi kandungan debu dalam tanah, maka tanah
menjadi makin peka terhadap erosi.
- Bentuk dan kemantapan stuktur tanah
Bentuk struktur tanah yang membulat (granuler, remah, gumpal membulat)
menghasilkan tanah dengan daya serap tinggi sehingga air mudah meresap
ke dalam tanah, dan aliran permukaan menjadi kecil, sehingga erosi juga
kecil. Struktur tanah yang mantap tidak akan mudah hancur oleh pukulan27
pukulan air hujan, akan tahan terhadap erosi. Sebaliknya struktur tanah yang
tidak mantap, sangat mudah oleh pukulan air hujan, menjadi butir-butir halus
sehingga menutup pori-pori tanah. Akibatnya air infiltrasi terhambat dan aliran
permukaan meningkat yang berarti erosi juga akan meningkat.
- Daya infiltrasi tanah
Apabila daya infiltrasi tanah besar, berarti air mudah meresap ke dalam tanah,
sehingga aliran permukaan kecil dan erosi juga kecil.
- Kandungan bahan organik
Kandungan bahan organik menentukan kepekaan tanah terhadap erosi
karena bahan organik mempengaruhi kemantapan struktur tanah. Tanah yang
mantap tahan terhadap erosi.
3. Lereng
Erosi akan meningkat apabila lereng semakin curam atau semakin panjang.
Apabila lereng makin curam maka kecepatan aliran permukaan meningkat
sehingga kekuatan mengangkut meningkat pula. Lereng yang semakin panjang
menyebabkan volume air yang mengalir menjadi semakin besar.
4. Vegetasi (tumbuhan)
Pengaruh vegetasi terhadap erosi adalah:
- Menghalangi air hujan agar tidak jatuh langsung di permukaan tanah, sehingga
kekuatan untuk menghancurkan tanah dapat dikurangi.
- Menghambat aliran permukaan dan memperbanyak air infiltrasi.
- Penyerapan air kedalam tanah diperkuat oleh transpirasi (penguapan) melalui
vegetasi.
Hutan paling efektif dalam mencegah erosi karena daun-daunnya dan rumputnya
rapat. Untuk pencegahan erosi paling sedikit 70% tanah harus tertutup vegetasi.
28
5. Manusia
Kepekaan tanah terhadap erosi dapat diubah oleh manusia menjadi lebih baik
atau buruk. Pembuatan teras-teras pada tanah berlereng curam merupakan
pengaruh baik manusia, karena dapat mengurangi erosi. Sebaliknya
penggundulan hutan di daerah pegunungan merupakan pengaruh yang jelek
karena dapat menyebabkan erosi dan banjir.
(a) (b)
Gambar 5. Pendangkalan sungai karena erosi (a) dan banjir (b)
Sampai disini apakah Anda sudah memahami uraian materi tersebut? Kalau
belum dipahami pelajari kembali, dan kalau sudah dipahami kerjakan latihan
berikut!
LATIHAN
A. Kerjakan soal berikut ini dengan cara menjodohkan uraian di
kolom sebelah kiri dengan jawabannya di sebelah kanan!
No. Uraian Jenis Erosi Jenis Erosi
1. Butiran-butiran tanah terlempar ke udara a. Alur
kemudian jatuh ke lereng di bawahnya
2. Tanah kapur dilarutkan membentuk sungai b. Gully
di bawah tanah
3. Dimulai dari genangan air kemudian c. Longsor
mengalir terbentuk alur-alur
4. Lanjutan dari erosi alur, alur terus menerus d. Pelarutan
digerus aliran air
5. Tanah yang turun karena gaya gravitasi e. Percikan
29
B. Isilah titik-titik di bawah ini!
Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi erosi!
1. ………………………………..
2. ………………………………..
3. ………………………………..
4. ………………………………..
Setelah Anda isi, cocokkan jawaban dengan kunci jawaban berikut ini!
A. 1. E B. 1. Curah hujan
2. D 2. Sifat-sifat tanah
3. A 3. Lereng
4. B 4. Vegetasi
5. C 5. Manusia
Metode Pengawetan Tanah
Metode pengawet tanah pada umumnya dilakukan untuk:
1. Melindungi tanah dari curahan langsung air hujan.
2. Meningkatkan kapasitas infiltrasi tanah.
3. Mengurangi run off (aliran air di permukaan tanah).
4. Meningkatkan stabilitas agregat tanah
Beberapa metode pengawetan tanah dibagi menjadi tiga yaitu:
1. Metode Vegetatif
Metode vegetatif adalah metode pengawetan tanah dengan cara menanam
vegetasi (tumbuhan) pada lahan yang dilestarikan. Metode ini sangat efektif dalam
pengontrolan erosi. Ada beberapa cara mengawetkan tanah melalui metode
vegetatif antara lain:
a. Penghijauan, yaitu penanaman kembali hutan-hutan gundul dengan jenis
tanaman tahunan seperti akasia, angsana, flamboyant. Fungsinya untuk
mencegah erosi, mempertahankan kesuburan tanah, dan menyerap debu/
kotoran di udara lapisan bawah.
b. Reboisasi, yaitu penanaman kembali hutan gundul dengan jenis tanaman
keras seperti pinus, jati, rasamala, cemara. Fungsinya untuk menahan erosi
dan diambil kayunya.
c. Penanaman secara kontur (contour strip cropping), yaitu menanami lahan
searah dengan garis kontur. Fungsinya untuk menghambat kecepatan aliran
air dan memperbesar resapan air ke dalam tanah. Cara ini sangat cocok
dilakukan pada lahan dengan kemiringan 3 – 8%
30
d. Penanaman tumbuhan penutup tanah (buffering), yaitu menanam lahan
dengan tumbuhan keras seperti pinus, jati, cemara. Fungsinya untuk
menghambat penghancuran tanah permukaan oleh air hujan, memperlambat
erosi dan memperkaya bahan organik tanah.
e. Penanaman tanaman secara berbaris (strip cropping), yaitu melakukan penanaman
berbagai jenis tanaman secara berbaris (larikan). Penanaman
berbaris tegak lurus terhadap arah aliran air atau arah angin. Pada daerah
yang hampir datar jarak tanaman diperbesar, pada kemiringan lebih dari 8%
jarak tanaman dirapatkan. Fungsinya untuk mengurangi kecepatan erosi dan
mempertahankan kesuburan tanah.
f. Pergiliran tanaman (croprotation), yaitu penanaman tanaman secara
bergantian (bergilir) dalam satu lahan. Jenis tanamannya disesuaikan dengan
musim. Fungsinya untuk menjaga agar kesuburan tanah tidak berkurang.
2. Metode Mekanik/Teknik
Metode mekanik adalah metode mengawetkan tanah melalui teknik-teknik
pengolahan tanah yang dapat memperlambat aliran permukaan (run off),
menampung dan menyalurkan aliran permukaan dengan kekuatan tidak merusak.
Beberapa cara yang umum dilakukan pada metode mekanik antara lain:
a. Pengolahan tanah menurut garis kontur (contour village), yaitu pengolahan
tanah sejajar garis kontur. Fungsinya untuk menghambat aliran air, dan
memperbesar resapan air.
b. Pembuatan tanggul/guludan/pematang bersaluran, yaitu dalam pembuatan
tanggul sejajar dengan kontur. Fungsinya agar air hujan dapat tertampung
dan meresap ke dalam tanah. Pada tanggul dapat ditanami palawija.
c. Pembuatan teras (terrassering), yaitu membuat teras-teras (tangga-tangga)
pada lahan miring dengan lereng yang panjang. Fungsinya untuk
memperpendek panjang lereng, memperbesar resapan air dan mengurangi
erosi.
d. Pembuatan saluran air (drainase). Saluran pelepasan air ini dibuat untuk
memotong lereng panjang menjadi lereng yang pendek, sehingga aliran dapat
diperlambat dan mengatur aliran air sampai ke sungai.
Metode pengawetan tanah akan sangat efektif apabila metode mekanik
dikombinasikan dengan metode vegetatif misalnya terrassering dan buffering.
31
3. Metode Kimia
Metode kimia dilakukan dengan menggunakan bahan kimia untuk memperbaiki
struktur tanah, yaitu meningkatkan kemantapan agregat (struktur tanah). Tanah
dengan struktur yang mantap tidak mudah hancur oleh pukulan air hujan,
sehingga air infiltrasi tetap besar dan aliran air permukaan (run off) tetap kecil.
Penggunaan bahan kimia untuk pengawetan tanah belum banyak dilakukan,
walaupun cukup efektif tetapi biayanya mahal. Pada saat sekarang ini umumnya
masih dalam tingkat percobaan-percobaan.
Beberapa jenis bahan kimia yang sering digunakan untuk tujuan ini antara lain
Bitumen dan Krilium. Emulsi dari bahan kimia tersebut dicampur dengan air,
misalnya dengan perbandingan 1:3, kemudian dicampur dengan tanah.
Bagaimana sampai disini, apakah Anda sudah memahami uraian materinya?
Kalau belum baca lagi, tapi kalau sudah kerjakan latihan berikut agar Anda lebih
memahami materinya.
32
TUGAS 4
Lengkapi tabel berikut denganmemberi tanda check list (“) pada kolom yang
mempunyai hubungan yang benar!
No. Cara Pelestarian Lahan Metode
Vegetatif Mekanik Kimiawi
1. Terasering
2. Bitumen
3. Croprotation
4. Drainase
5. Strip Cropping
6. Countur Village
7. Pembuatan Tanggul
8. Buffering
33
PENUTUP
Alhamdulillah, akhirnya Anda telah selesai mempelajari modul ini dengan baik. Tentu
Anda sudah memahami materi Pedosfer, seperti faktor-faktor yang mempengaruhi
pembentukan tanah, jenis-jenis tanah di Indonesia, penyebab terjadinya erosi dan
dampaknya terhadap kehidupan, serta usaha-usaha mengurangi erosi tanah.
Berikut ini akan disajikan hal-hal penting: rangkuman materi, kunci kegiatan, istilahistilah
penting, dan daftar pustaka.
Rangkuman
- Tanah: bagian atas dari permukaan bumi.
- Lahan: lokasi tanah di permukaan bumi untuk kegiatan tertentu.
- Faktor-faktor pembentuk tanah: iklim, organisme, bahan induk, topografi/relief,
waktu.
- Tanah muda: pada proses pembentukan tanah masih tampak pencampuran
bahan organik dengan bahan mineral atau masih tampak struktur bahan induknya.
- Tanah dewasa: dari tanah muda berubah menjadi tanah dewasa yaitu dengan
proses pembentukan horizon B.
- Tanah tua: proses pembentukan tanah lebih lanjut sehingga terjadi proses
perubahan-perubahan pada horizon A dan B terbentuk horizon A1, A2, A3, B1, B2,
B3.
- Lamanya waktu dalam proses pembentukan tanah berbeda-beda.
- Jenis-jenis tanah:
• Organosol/gambut/tanah organik: berasal batuan induk organisme.
• Aluvial: berasal dari endapan tanah aluvium yang dibawa oleh air dan
diendapkan di daerah lain.
• Regosol: berasal dari batuan induk material vulkanik piriklastis atau pasir
pantai.
• Litosol: berasal dari batuan beku atau sedimen keras.
• Latosol: tanah yang telah berkembang atau terjadi diferensiasi horizon, berasal
dari batuan induk tuf, material vulkanik, breksi batuan beku intrusi.
• Grumosol: tanah mineral yang mempunyai perkembangan profil, berasal dari
batuan kapur.
• Podsolik merah-kuning: tanah mineral telah berkembang, berasal dari batuan
pasir kuarsa, tuf vulkanik, bersifat asam, kesuburan rendah hingga sedang.
• Andosol: jenis tanah mineral yang telah mengalami perkembangan profil,
kandungan organik tinggi, berasal dari batuan induk abu atau tuf vulkanik.
• Mediteran merah-kuning: mempunyai perkembangan profil, berasal dari
batuan kapur keras (limestone) dan tuf vulkanis.
34
• Hodmorf kelabu (gleisol): dipengaruhi oleh faktor lokal yaitu topografi di
dataran rendah atau cekungan, hampir selalu tergenang air.
• Tanah sawah (paddy soil): tanah yang telah menyimpang dari tanah aslinya,
yaitu terbentuknya lapisan bajak yang hampir kedap air (padas olah) di
bawahnya terdapat lapisan mangan dan besi.
- Penyebab kerusakan tanah antara lain oleh rusaknya hutan, proses kimiawi air
hujan, proses mekanis air hujan, tanah longsor, erosi oleh air hujan.
- Dampak kerusakan tanah terhadap kehidupan:
• Kerusakan di tempat terjadinya erosi, yaitu hilangnya sebagian tanah dari
tempat tersebut mengakibatkan:
a. penurunan produktifitas tanah;
b. kehilangan unsur hara yang diperlukan tanaman;
c. kualitas tanaman menurun;
d. laju infiltrasi dan kemampuan tanah menahan air berkurang;
e. struktur tanah menjadi rusak;
f. lebih banyak tenaga diperlukan untuk mengolah tanah;
g. erosi gully dan tebing (longsor) menyebabkan lahan terbagi-bagi dan
mengurangi luas lahan yang dapat ditanami; dan
h. pendapatan petani berkurang.
• Kerusakan di tempat penerima hasil erosi mengakibatkan pencemaran di
tempat tersebut. Pencemaran oleh bahan padat polusi sedimen, sedangkan
pencemaran oleh senyawa kimia yang ada di dalam tanah disebut polusi
kimia.
- Jenis-jenis erosi air: pelarutan, erosi percikan, erosi lembar, erosi alur, erosi
gully, erosi parit, longsor.
- Faktor-faktor yang mempengaruhi erosi yaitu curah hujan, sifat-sifat tanah,
kemiringan lereng, vegetasi, dan manusia.
- Metode Pengawetan Tanah
• Metode vegetatif adalah metode pengawetan tanah dengan cara menanam
vegetasi (tumbuhan) pada lahan yang dilestarikan seperti penghijauan,
reboisasi, penanaman secara kontur, penanaman tanaman penutup
(buffering), penanaman secara berbaris, pergiliran tanaman.
• Metode mekanik/teknik adalah metode mengawetkan tanah melalui teknikteknik
pengolahan tanah yang dapat memperlambat aliran permukaan dengan
kekuatan tidak merusak seperti pengolahan tanah menurut garis kontur,
pembuatan tanggul/guludan, pembuatan teras (terasering), pembuatan
saluran air.
• Metode kimia yaitu metode pengawetan tanah dengan menggunakan bahan
kimia untuk memperbaiki struktur tanah menjadi mantap tidak mudah hancur
oleh pukulan air hujan sehingga infiltrasi tetap besar dan aliran permukaan
tetap kecil. Bahan kimia yang sering digunakan yaitu Bitumen dan Krilium.
35
Dalam mempelajari modul ini, apabila Anda menemukan kesulitan diskusikan dengan
teman, guru bina/guru pamong atau siapa saja yang memahami materi. Anda akan
dianggap berhasil mempelajari modul ini apabila nilai tes akhir modul (TAM) mencapai
skor 7.5 atau lebih. Kalau masih di bawah itu, pelajari kembali materi yang belum
Anda kuasai.
Kalau Anda ingin lebih jauh mendalami materi PEDOSFER ini, silahkan mempelajari
buku paket lainnya tentang materi yang sama.
Akhir kata selamat kepada Anda yang telah sukses mempelajari modul ini dengan
baik. Selanjutnya silahkan mempelajari modul berikutnya semoga sukses, dan
senantiasa berdoa kepada Allah agar diberi kemudahan dalam memehami pelajaran.
Amin
36
KUNCI JAWABAN TUGAS
TUGAS 1
1. Tanah merupakan benda fisis merupakan bagian paling atas dari kulit bumi,
sedangkan lahan adalah lokasi tanah di permukaan bumi terdiri dari lingkungan
fisis dan biotis.
2. Iklim, organisme, bahan induk, topografi, waktu.
3. - Tanah muda : masih tampak pencampuran antara bahan organik dan bahan
mineral
- Tanah tua : terjadi proses perubahan pada horizon A,B
TUGAS 2
1. Tanah yang berasal dari bahan induk organisme seperti dari hutan rawa, rumput
rawa.
2. - Gambut ombrogen terletak di dataran pantai berawa
- Gambut topogen terbentuk di daerah cekungan (depresi) antara rawa-rawa
di daerah dataran rendah dengan di pegunungan
3. Jenis tanah masih muda berasal dari bahan induk aluvium, belum mengalami
perkembangan. Penyebaran di sungai, pantai, daerah cekungan.
TUGAS 3
1. Kerusakan hutan, proses kimia dan mekanis air hujan, tanah longsor, erosi oleh
air hujan, hilangnya unsur hara.
2. a. - kehilangan unsur hara
- penurunan produktifitas tanah
- kualitas tanaman menurun
- struktur tanah menjadi rusak
b. - pengendapan bahan-bahan pestisida dan herbisida sebagai pencemar
3. Polusi sedimen adalah polusi yang disebabkan oleh pengendapan bahan-bahan
batuan yang tererosi sehingga memberikan dampak negatif. Sedangkan polusi
kimia adalah polusi yang disebabkan karena masuknya bahan kimia sehingga
struktur dan komposisi kimianya berubah dan memberikan dampak negatif.
37
TUGAS 4
1. Vegetatif 5. Vegetatif
2. Kimiawi 6. Mekanik
3. Vegetatif 7. Mekanik
4. Mekanik 8. Vegetatif
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Yani dkk, Geografi untuk SMA kelas 1, Bandung, Grafindo, 2003.
Famulya, Suratman Worosuprojo, Pengantar Geografi Tanah, Yogyakarta,
Fakultas Geografi, 1983.
Sarwono Hardjowigeno, Dr.Ir.M.Sc, Ilmu Tanah, Jakarta, Akademika Pressindo,
1983.